Perhitungan Kubikasi Rancangan Geometrik Jalan Raya

Berikut cara memperhitungkan KUBIKASI rancangan geometrik jalan raya, dan disini hanya saya jelaskan sepintas saja, dan satu sample gambar saja :)

Gambar Bendung

Gambar bendung.

Pemasangan Bouwplank

Ilmu teknik sipil – Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan yang diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran:

Format Surat Teguran Keterlambatan Proyek/Pekerjaan

Format Surat Teguran Keterlambatan Proyek/Pekerjaan

Beton Serat

Beton serat adalah beton yang cara pembuatannya ditambah serat[1]. Tujuan penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya terjadi pada beton dengan permukaannya yang luas.

SALURAN PRIMER, IRIGASI


SALURAN PRIMER
            Saluran primer adalah saluran yang berfungsi membawa air dari sumbernya dan membagikannya ke saluran sekunder. Air yng dibutuhkan untuk saluran irigasi didapat dari sungai, danau, atau waduk. Pada umumnya pengairan yang didapat dari sungai jauh lebih baik dari yang lainnya karena banyak mengandung zat lumpur yang merupakan bentk dari tanaman.
            Pertama-tama dibahas dahulu dari peta situasi yang telah dibuat apakah daerah yang aka dialiri itu cukup dilayani dengan sebuah saluran primer saja atau harus beberapa saluran primer. Yang belakangan sudah tentu merupakan keharusan jika sebuah daerah yang akan diairi terletak sepanjang kanan dan kiri sungai kecuali untuk keadaan tertentu dimana saluran primer tidak mungkin dibuat kekiri dan kekanan.
            Untuk daerah yang berbentuk panjang, yang menuju ke arah sungai ada baiknya digunakan beberapa saluran primeryang masing- masing meneima air langsung dari sungai, sehingga sudah barang tentu harus dibuat beberapa penyadapan sungai sehingga pembuatan meningkat.Tetapi dibalik biaya meningkat tersebut terdapat biaya pembuatan saluran yang lebih murah karena saluran-saluran primer dari beberapa bendung yang berturut-turut akan lebih kecil ukurannya.
            Satu saluran primer saja yang harus melayani daerah yang sempit tapi panjang sekali, harus panjang pula dan bagian dekat bendung biasannya dalam dan harus berukuran besar. Karena panjangnya itu maka banyak saluran yang hilang terutama akibat rembesan. Selanjutnya saluran primer yang demikian itu sedikit banyak harus berjalan sejajar sungai yang berjarak sangat panjang sehingga harus seringkali memotong sungai-sungai atau saluran kecil dan di titik-titik potong itu terpaksa dibuat bangunan-bangunan mahal untuk mengalirkan saluran primer tersebut.
            Jika sungai maupun daerah yang akan diairi mempunyai kemiringan agak besar, sebaiknya daerah tersebut dibagi-bagi atas beberapa daerah irigasi yang lebih kecil, Oleh karena itu saluran primer membutuhkan beberapa bendung dan bangunan lainnya yang mahal agar kemiringan saluran tersebut maupun kecepatan airnya tidak terlalu besar. Tetapi jika daerah yang akan diairi dibagi beberapa daerah irigasi yang lebih kecil maka airnya dengan mudah dapat disalurkan sungai itu sendiri yang disana-sininya disadap untuk memberikan air. Adapun daerah yang dapat diari oleh saluran garis tinggi hanya disalah satu saluran garis tingginya.
ü  Trase Jalur Saluran
Beberapa hal yang perlu dalam perencanaan trase saluran, antara lain :
·         Trase saluran berupa garis lurus sejauh mungkin, apabila harus berbelok maka dibuat lengkung-lengkung yang bulat.
·         Tinggi muka air diusahakan mendekati ketinggian medan atau lebih tinggi dari medan sekelilingnya guna mengairi sawah-sawah disebelahnya.
·         Jumlah galian (cut) dan timbunan (fill) diusahakan seimbang, hal ini berkaitan dengan meminimalkan biaya konstruksi saluran.
Dalam jaringan irigasi, trase saluran primer pada umumnya kurang lebih paralel dengan garis-garis tinggi (saluran garis tinggi) dengan saluran-saluran sekundernya di sepanjang punggung medan. Oleh sebab itu, perencanaan trase saluran primer lebih kompleks karena parameter-parameter seperti kemiringan dasar, bangunan-bangunan silang dan ketinggian pada pengambilan yang dipilih di sungai harus dievaluasi.
Untuk penentuan trase saluran primer, ada dua keadaan yang mungkin terjadi, yakni :
a.       Debit yang tersedia untuk irigasi berlimpah dibandingkan dengan tanah irigasi yang ada.
b.      Debit yang tersedia menjadi terbatas, akibat lahan yang akan diari diambil secara maksimum.
Pada (a) setelah perkiraan lokasi dan tinggi pengambilan diketahui, maka luas daerah irigasi bergantung kepada kemiringan dasar saluran prmer yang dipilh dan kehilangan tinggi enegi yang diperlukan di bangunan-bangunannya. Kehilangan tinggi energi di saluran primer akan dipertahankan sampai tingkat minimum sejauh hal ini dapat dibenarkan dari segi teknis (sedimentasi) dan ekonomis (ukuran saluran dan bangunan yang besar). Berbagai trase alternatif yang baik dari segi teknis harus pula diperhitungkan segi ekonomisnya agar bisa dicapai pemecahan yang terbaik.
Pada (b) dengan luas daerah irigasi yang tetap , perencanaan saluran primer tidak begitu menetukan, dan kehilangan tinggi energi tidak harus dibuat minimum. Tinggi muka air dan trase yang dipilh untuk saluran primer harus memadai untuk bisa mencukupi kebutuhan air maksimum di daerah yang bisa diairi. Biaya pelaksanaan saluran bisa diusahakan lebih rendah karena saluran dan bangunan dapat dibuat dengan ukuran yang lebih kecil.
Untuk saluran primer yang paralel dengan garis tinggi pada umumnya terdapat dua pilihan untuk dapat menentukan letak as salurannya, yaitu :
a.       Saluran primer timbunan dengan muka air di atas muka tanah asli (natural surface).
b.      Saluran primer galian dengan tinggi muka air kurang lebih sama dengan muka tanah.
Keuntungan pada pilihan (a) saluran primer timbunan adalah semua lahan disebelahnya dapat diairi dari saluran primer. Kerugiannya adalah dibutuhkan biaya pembuatan yang mahal, karena adanya timbunan.
Keuntungan pada pilihan (b) saluran primer galian adalah biaya pembuatan yang dapat ditekan minimal (ekonomis). Kerugiannya adalah lahan yang bisa diari menjadi terbatas. Namun ini merupakanhal baik karena jalur-jalur saluran di sepanjang saluran primer bisa dijadikan tempat permukiman warga sekitar.
Trase sedapat mungkin harus berupa garis-garis lurus. Sambungan antar ruas-ruas lurus berbentuk kurve bulat dengan jari-jari yang makin membesar dengan bertambahnya ukuran saluran.
Untuk saluran garis tinggi yang dimensinya besar, jika medannya tidak teratur, maka trase salurannya tidak bisa dengan tepat paralel dengan garis tinggi tersebut. Kadang-kadang diperlukan satu jalur pintas (short cut) berupa galian maupun timbunan. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal berikut :
·         Jari-jari minimum kelengkungan mendatar (belokan) saluran adalah 8 kali lebar muka air rencana, dan dengan demikan bergantung pada debit rencana.
·         Jalur pintasan tersebut kemungkinan memperbesar lintasan, tapi bisa juga memperbesar biaya konstrksi.
·         Jalur pintasan yang  memendek berarti akan mengurangi/memperkecil total kehilangan energi.
·         Jalur pintasan yang melewati cekungan akan menyebabkan saluran irigasi dan saluran pembuang  ruas sebelahnya menjadi  rumit dan btuh bangunan persilangan.
Kemiringan memanjang saluran ditentukan oleh garis-garis tinggi dan lereng saluran. Bahaya erosi pada saluran tanah akan membatasi kemiringan maksimum dasar saluran. Jika kemiringan maksimum yang diizinkan lebih landai dari pada kemiringan yang ada, maka pada jalur itu memerlukan suatu bangunan terjun. Jikan kemiringan tanah/medan lebih landai dari kemiringan minimum, maka kemiringan dasar saluran akan dibuat sama dengan kemiringan lahan yang ada.
Kemiringan maksimum dasar saluran tanah ditentukan dari kecepatan rata-rata alirannya. Kecepatan maksimum aliran yang diizinkan akan ditentukan berdasarkan karakteristik tanah.
IMG00131-20111005-1437.jpg
ü  Pengambilan Saluran Primer
Pengambilan dari kantong lumpur ke saluran primer digabung menjadi satu bangunan dengan pembilas agar seluruh panjang kantong lumpur dapat di manfaatkan. Agar suapaya air tidak mengalir kembali ke saluran primer selama pembilasan, pengambilan harus ditutup (dengan pintu) atau ambang dibuat cukup tinggi agar air tidak mengalir kembali.
Selain mengatur debit, bangunan ini juga harus bisa mengukurnya. Kedua fungsi tersebut, mengukur dan mengatur, dapat digabung tau dipisah. Untuk tipe gabungan, pintu Romijen atau Crump-de gruyter dapat dianjurkan untuk dipakai sebagai pintu pengambilan.
Khususnya untuk mengukur dan mengatur debit yang besar, kedua fungsi ini lebih baik dipisah. Dalam hal ini fungsi mengatur dilakukan dengan pintu sorong atau pintu radial, dan fungsi mengukur dngan alat ukur ambang lebar.

ü  Kemiringan Saluran
Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talut saluran direncanakan securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan menentukan kemiringan minimum untuk talut yang stabil.
Kemiringan galian minimum untuk berbagai bahan tanah disajikan pada Tabel 3.2.
Bahan Tanah
Simbol
Kisaran Kemiringan
Batu

< 0,25
Gambut kenyal
Pt
1 – 2
Lempung kenyal, geluh, Tanah lus
CL,CH,MH
1 - 2
Lempung pasiran, tanah pasiran kohesif
SC, SM
1,5 – 2,5
Pasir lanauan
SM
2 – 3
Gambut lunak
Pt
3 - 4


            Sedangkan untuk harga kemiringan minimum untuk saluran tanah yang dibuat dengan bahan – bahan kohesif yang dipadatkan dengan baik diberikan pada Tabel 3.3.
Kedalaman air + Tinggi jagaan
D ( m )
Kemiringan minimum talut
D ≤ 1.0
1 : 1
1.0 < D ≤ 2.0
1 : 1,5
D > 2.0
1 : 2

            Talut yang lebih landai daripada yang telah disebutkan dalam tabel di atas harus dipakai apabila apabila terjadi rembesan kedalam saluran.
            Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m  lebar bahu tanggul harus dibuat sekurang – kurangnya 1 m ( setiap 3 m ). Bahu tanggul harus dibuat setinggi muka air rencana di saluran. Untuk kemiringan luar, bahu tanggul ( jika perlu ) harus terletak di tengah – tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.

ü  Lengkung Saluran
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada :
·         Ukuran dan kapasitas saluran
·         Jenis tanah
·         Kecepatan aliran
Jari – jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil sekurang – kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.
Jika lengkung saluran diberi pasangan, maka jari – jari minimumnya dapat dikurangi. Pasangan semacam ini sebaiknya dipertimbangkan apabila jari – jari lengkung saluran tanpa pasangan terlalu besar untuk keadaan topografi setempat. Panjang pasangan harus dibuat paling sedikit 4 kali kedalaman air pada tikungan saluran.
Jari – jari minimum lengkung saluran yang diberi pasangan harus seperti berikut :
·         3 kali leber permukaan air untuk saluran – saluran kecil ( < 0,6 m3/dt ), dan sampai dengan
·         7 kali lebar permukaan air untuk saluran–saluran yang besar ( > 10 m3/dt )

ü  Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan berguna untuk :
·         Menaikkan muka air diatas tinggi muka air maksimum
·         Mencegah kerusakan tanggul saluran
Meninggikan muka air sampai di atas tinggi yang telah direncanakan bisa disebabkan oleh penutupan pintu tiba – tiba disebelah hilir, variasi ini kan bertambah dengan membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.
Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang diperlihatkan dalam tebel berikut.
Q (m3/dt )
Tinggi Jagaan ( m )
< 0,5
0,40
0,5 – 1,5
0,50
1,5 – 5
0,60
5,0 – 10,0
0,75
10,0 – 15,0
0,85
>15,0
1,00
ü  Tinggi Jagaan
Untuk tujuan – tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan ekspensi akan diperlukan tanggul sepanjang saluran dengan lebar minimum seperti yang disajikan dalam tabel berikut :
Debit rencana ( m3/dt )
Tanpa jalan inspeksi(m)
Dengan jalan inspeksi (m)
Q ≤ 1
1,00
3,00
1 < Q < 5
1,50
5,00
5 < Q ≤ 10
2,00
5,00
10 < Q ≤ 15
3,50
5,00
Q > 15
3,50
˜ 5,00
           
            Jalan inspeksi terletak di tepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,0 m atau lebih dengan lebar perkerasan sekurang – kurangnya 3 meter.

Perencanaan Saluran pembuang, tugas.a Pak Wesli.


Perencanaan Saluran pembuang
A. Perencanaan saluran pembuang
1.   perencanaan saluran pembuang yang stabil 
Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelaksanan dan pemeliharaan yang terendah. Ruas- ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sendimentasi minimal pada setiap potongan melintang dan seimbang.
            Dengan adanya pembuang , air dari persawahan menjadi lebih bersih dari sendimen. Erosi di saluran pembuang akan merupakan kriteria yang menentukan. Kecepatan rencana hendaknya tidak melebihi kecepatan makismum yang diizinkan. Kecepatan maksimum yang diizinkan bergantung kepada bahan tanah serta kondisinya.
            Saluran pembuang direncana di tempat-tempat terendah dan melalui daerah-daerah depresi. Kemiringan alamiah tanah daklam trase ini menentukan kemiringan memanjang saluran pembuang tersebut. Apabila kemiringan dasar terlalu curam dan kecepatan maksimum yang dapat diizinkan akan terlampaui, maka harus dibuat bangunan pengatur (terjun).
            Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan maksimum yang diizinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak sering terjadi, debit dan kecepatan aliran pembuang akan lebih rendah dibawah kondisi eksploitasi rata-rata. Khususnya dengan debit pembuang yang rendah, aliran akan cenderung berkelok-kelok (meander) bila dasar saluran dibuat lebar. Oleh karena itu, biasanya saluran pembuang  direncana relatif sempit dan dalam.Variasi tinggi air dengan debit yang berubah-ubah biasanyan  tidak mempunyai arti penting.Potongan- potngan yang dalam akan memberikan pemecahan  yang lebih ekonomis.
Kemiringan dasar saluran pembuang biasanya mengecil di sebelah hilir sedangkan debit rencana bertambah besar. Parameter angkutan sendimen relatif    ddalam prakteknya akan menurun disebelah hilir akibat akar R kuadrat. Sejauh berkenanaan dengan air buangan yang relatif bersih dari sawah, hal ini tidak akan merupakan masalah yang berarti. Keadaan ini harus dihindari apabila air buangan yang bersendimendasi harus dialirinkan.
            Bila saluran air alamiah digunakan sebagai  saluran pembuang, maka umumnya akan lkebih baik untuk tidak mengubah trasenya karena saluran alamiah ini sudah menyesuaikan potongan melintang dan kemirin gannya dengan alirannya sendiri.
Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadapkikisan jika dibandingkan dengan saluran pembuang yang baru dibangun dengan kemiringan talut yang sama.
Pemantapan saluran air dan sungai alamiah untuk menambah kapasitas pembuang sering terbatas pada konstruksi tanggul banjir dan sodetan dari lengkung meander.
Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air tanah atau pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab itu perencana harus mempertimbangkan faktor tersebut dengan hati-hati guna memperkecil dampak yang munkin timbul.
2.      Jaringan Pembuang
Pada umumnya jaringan pembuang direncanakan untuk mengalirkan kelebihan air secara gravitasi. Pembuangan kelebihan air dengan pompa biasanya tidak layak dari segi ekonomi. Daerah-daerah irigasi dilengkapi dengan bangunan-bangunan pengendali banjir disepanjang sungai untuk mencegah masuknya air banjir kedalam sawah-sawah irigasi.

Kriteria perencanaan ini membahas jaringan pembuang yang cocok untuk pembuang air sawah-sawah irigasi yang tanamannya padi. Sarana khusus didalam petak tersier. Misalnya, jika tanaman-tanaman ladang dipertimbangkan, maka metode–metode penyiapan lahan pada punggung medan dapat diterapkan. Jika tanaman-tanaman selain padi akan ditanam secara besar-besaran, maka sebaiknya dipikirkan untuk membuat jaringan pembuang seperti yang dipakai tanaman padi.

Pembuangan air didaerah datar (misalnya dekat laut) dan daerah pasang surut yang dipengaruhi oleh muka air laut, sangat bergantung kepada muka air sungai saluran yang menampung air buangan ini, muka air ini memegang peranan penting dalam perencanaan kapasitas saluran pembuang maupun dalam perencanaan bangunan-bangunan khusus dilokasi ujung (muara) saluran pembuang bangunan yang dimaksud misalnya pintu otomatis yang tertutup selama muka air sungaii naik mencegah agar air sungai tidak masuk lagi ke saluran pembuang.

Di daerah-daerah yang diairi secara irigasi teknis, jaringan pembuang mempunyai dua fungsi:
a.       Sebagai pembuang intern untuk mengalirkan kelebihan kerusakan tanaman atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.

b. Pembuang ekstern untuk mengalirkan air dari daerah luar irigasi yang mengalir melalui daerah irigasi.

Dalam hal pembuang intern, kelebihan air ditampung di dalam saluran pembuang kuarter dan tersier yang akan mengalirkannya ke dalam jaringan pembuang utama dari saluran pembuang sekunder dan primer.

Aliran buangan dari luar daerah irigasi biasanya memasuki daerah proyek irigasi melalui saluran-saluran pembuang alamiah yang akan merupakan bagian dari jaringan pembuang utama di dalam proyek tersebut.


3.      Kelebihan air irigasi
            Jika kelebihan air pada irigasi harus di alirkan ke saluran pembuang (tersier) intern selama waktu air irigasi lebih tinggi yg di butuh kan.
Pembangunan air irigasi perlu karena;
-          Bangunan sadap tersier tidak id atur terus –menerus
-          Banyak saluran skunder tdak di lengkapi dengan bangunan pembuang(waterway)
-          Ada jaringan-jaringan irigasi yank di eksploitasi sedemikian rupa higga debit
yang di alirkan berkisar antara Q70 dan Q100.
Ada 3 cara yang mungkin untuk mengalirkan air ke jaringan pembuang yaitu;
a.saluran irigasi tarsier.
b.saluran kuakter.
c.petak sawah.
            Apa bila kelebihan air irigasi di buang melalui saluran tersier ke saluran pembuang terdekat ,maka bangunan pembuang itu sebaiknya  di tetapkan jauh dari hulu untuk mengurangi panjang saluran untuk saluran penuh.
            Jika saluran pembuang letak nya dekat dengan boks bagi tersier,maka boks itu di beri bukaan khusus agar air lebih langsung bias di belokkan kesaluran pembuang, Kelebihan air irigasi yang akan di buank di perkirakan 70% dari debit maksimum. Bukaan khusus pada boks sebaik nya di rencanakan untuk 70% dari Qmaks. bukaan boks harus di lengkapi dengan pintu sorong,yang hanya di peroleh oleh hulu-hulu.di hilir bukaan itu harus di buat bagunan air terjun dan saluran pembuang pendek.

B.     Jenis-jenis Saluran pembuang dan tujuan
a)      Saluran pembuang intern nya harus sesuai dengan kerangka kerja saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk :
·         Mengeringkan sawah
·         Membuang kelebihan air
·         Membuang kelebihan air irigasi
b)      Saluaran pembuang kuarter biasanya berupa saluran buatan yang merupakan garis tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada medan bergelombang. Kelebihan air ditampung langsung dari sawah di daerah atas atau dari saluran pembuang cacing didaerah sawah.
c)      Saluran pembuang tersier yaitu untuk menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter dan sering merupakan batas antara petak-petak tersier..
Saluran pembuang tersier biasanya berupa saluran yang mengikuti kemiringan medan.

Dalam perencanaan pembuatan saluran irigasi dan saluran pembuang diusahakan agar saluran irigasi dan saluran pembuang tidak saling berkesebelahan karena saluran pembuang dapat mmengikis dan merusak saluran irigasi. Jika kemiringan hidrolis antara saluran irigasi dan pembuang selalu curam, maka saluran irigasi akan banyak mengalami kehilangan air akibat perembesan dan kemungkinan tanggul bisa runtuh.


Gambaran perkiraan jarak saluran irigasi dengan saluran pembuang
C.    Trase saluran
Ada dua hal yang perlu dipertimbangan, yakni
-          Daerah yang sudah diairi
-          Daerah yang belum diairi
Dalam hal pertama, trase saluran kurang lebih sudah tetap tetapi saluran-saluran nya mungkin perlu diingatkan dibawah ini akan sangat membantu. Aturan yang sebaiknya diikuti didaerah baru adalah menetapkan lokasi saluran pembuang terlebih dahulu.
Berikut ini panduan untuk menentukan trase saluran baru atau saluran tambahan :
1.      Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah
2.      Rencanakan sauran irigasi pada  punggung medan dan saluran pembuang pada derah lembah
3.      Hindari persilangan dengan pemb uang
4.      Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan
5.      Saluran irigasi tidak boleh melewati petak-petak tersier yang lain
6.      Hindari pekerjaan tanah yang besar
7.      Batasi jumlah bangunan

D.    Hubungan Bangunan Drainase dengan saluran pembuang
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

a) Mengeringkan sawah
b) Mernbuang kelebihan air hujan
c) Mernbuang kelebihan air irigasi

Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer menampung dari saluran pernbuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.



Kebutuhan dan Perhitungan saluran pembuang
A.    Kebutuhan saluran pembuang untuk tanaman padi

Apabila kapasitas jaringan pembuang di suatu daerah kurang memadai untuk mengalirkan semua kelebihan air, maka air akan terkumpul di sawah-sawah yang lebih rendah. Muka air di dalam cekungan/daerah depresi akan melonjak untuk sementara waktu, merusak tanaman, saluran serta bangunan.
Biasanya tanaman padi tumbuh dalam keadaan "tergenang" dan dengan demikian, dapat saja bertahan dengan sedikit kelebihan air. Untuk varietas unggul, tinggi air 10 cm dianggap cukup dengan tinggi muka air antara 5 sampai 15 cm dapat diizinkan. Kedalaman air yang lebih dari 15 cm harus dihindari, karena air yang lebih dalam untuk jangka waktu yang lama akan mengurangi hasil panen varietas lokal unggul dan khususnya varietas biasa (tradisional) kurang sensitive.
Demikian, tinggi air yang melebihi 20 cm tetap harus di hindari. Besar kecilnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh air berlebihan bergantung kepada:
1) Dalamnya lapisan air yang berlebihan
2) Berapa lama genangan yang berlebihan itu berlangsung
3) Tahapan pertumbuhan tanaman, dan
4) Varietas padi.

Tahap – tahap pertumbuhan padi yang paling peka terhadap banyaknya yang berlebihan adalah selama transplantasi (pemindahan bibit ke sawah persemaian dan permulaan masa berbunga (periocle) merosotnya panenan secara tajam akan terjadi apabila dalamnya lapisan air di sawah melebihi separoh dari tinggi tanaman padi selama tiga hari atau lebih jika tanaman padi tergenang air sedalam lebih dari 20 cm selama jangka waktu leblh dan 3 hari maka hampir dapat dipastikan bahwa tidak akan ada panenan.

Jumlah kelebihan air yang harus dikeringkan per petak disebut modulus pembuang atau koefisien pembuang dan ini bergantung pada :
1) Curah hujan selama periode tertentu
2) Pemberian air irigasi pada waktu itu
3) Kebutuhan air tanaman
4) Perkolasi tanah
5) Tampungan di sawah-sawah selama atau pada akhir periode yang bersangkutan
6) Luasnya daerah
7) Sumber – sumber kelebihan air yang lain.
Untuk penghitungan modulus pembuangan, komponennya dapat diambil sebagai berikut :
1.                  Dataran Rendah
a)      Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi di hentikan atau.
b)      Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi diteruskan. Kadang-kadang pemberian air irigasi dihentikan di dalam petak tersier, tetapi air dari jaringan irigasi utama dialirkan kedalam jaringan pembuang
c)      Tampungan tambahan disawah pada 150 mm lapisan air maksimum, tampungan tambahan ΔS pada akhir hari – hari berturutan n diambil maksimum 50 mm
d)      Perkolasi P sama dengan nol

2.                  Daerah terjal

Untuk modulus pembuang rencana dipilih curah hujan 3 hari dengan periode ulang 5 tahun. Kemudian modulus pembuang tersebut adalah:
D(3)
Dm = _______ .....
         3 x 8,64
dimana :
Dm = modulus pembuang, l/dt. Ha
D(3) = limpasan pembuang permukaan selama 3 hari, mm
1 mm/ hari = 1/8,64 l/dt.ha

Persamaan diatas disajikan dalam bentuk grafik sebagai contoh. Dengan menganggap harga – harga untuk R, ET, I dan ΔS, modulus pembuang dapat dihitung.

Debit pembuang rencana dari sawah dihitung sebagai berikut :
Qd = 1,62 Dm A0,92
Dimana :
Qd = debit pembuang rencana, l/dt
Dm = modulus pembuang, l/dt.ha
A = luar daerah yang dibuang airnya, ha

3.                Daerah kering
Pada daerah kering dengan ketersediaan air terbatas maka dapat diterapkan budaya tanam padi dengan pola intensif atau pola kering yaitu sistem SRI, dimana tidak dilakukan penggenangan air pada kisaran 5 sampai 15 cm. Hal ini menyebabkan petani akan membuka galengan selama musim hujan. Oleh sebab itu akan menyebabkan drainage modul mempunyai nilai lebih besar sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Dimensi saluran pembuang pada cara ini diduga lebih besar dari pada dimensi saluran pembuang cara konvensional/biasa.






B.     Kebutuhan pembuang untuk sawah non padi

Untuk pembuang sawah yang ditanami selain padi, ada beberapa daerah yang perlu diperhatikan yakni :
- Daerah – daerah aliran sungai yang berhutan
- Daerah – daerah dengan tanaman – tanaman ladang (daerah – daerah terjal)
- Daerah – daerah permukiman
Dalam merencanakan saluran – saluran pembuang untuk daerah – daerah di mana padi tidak ditanam, ada dua macam debit yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
- debit puncak maksimum dalam jangka waktu pendek dan
- debit rencana yang dipakai untuk perencanaan saluran
1. Debit puncak
Debit puncak untuk daerah – daerah yang dibuang airnya sampai seluas 100 km2 dihitung dengan rumus Der Weduwen”, yang didasarkan pada pengalaman mengenai sungai – sungai di Jawa ; rumus – rumus lain bisa digunakan juga
Rumus tersebut adalah :

Qd = α β q A
dimana :
Qd = debit puncak, m3/ dt
α = koefisien limpasan air hujan (run off)
β = koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = curah hujan, m3/dt. km2
A = luas aeral yang dibuang airnya, km2

2. Debit Rencana

Debit rencana didefinisikan sebagai volume limpasan air hujan dalam waktu sehari dari suatu daerah yang akan dibuang airnya yang disebabkan oleh curah hujan sehari di daerah tersebut air hujan yang tidak tertahan atau merembes dalam waktu satu hari, diandaikan mengalir dalamwaktu satu hari, diandaikan mengalir dalam waktu satu hari itu juga. Ini menghasilkan debit rencana yang konstan
Debit rencana dihitung sebagai berikut :

Qd = 0,116 α R (1)5 A0,92

dimana :
Qd = debit rencana, 1/dt
α = koefisien limpasan air hujan (lihat Tabel 6.1)
R (1)5 = curah hujan sehari, m dengan kemungkinan terpenuhi 20%
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha


DAFTAR PUSTAKA
-          Kriteria Perencanaa ( KP ) 1-6
-          Http//perencanaan-saluran-pembuang-pada bendung.id