Perhitungan Kubikasi Rancangan Geometrik Jalan Raya

Berikut cara memperhitungkan KUBIKASI rancangan geometrik jalan raya, dan disini hanya saya jelaskan sepintas saja, dan satu sample gambar saja :)

Gambar Bendung

Gambar bendung.

Pemasangan Bouwplank

Ilmu teknik sipil – Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan yang diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran:

Format Surat Teguran Keterlambatan Proyek/Pekerjaan

Format Surat Teguran Keterlambatan Proyek/Pekerjaan

Beton Serat

Beton serat adalah beton yang cara pembuatannya ditambah serat[1]. Tujuan penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya terjadi pada beton dengan permukaannya yang luas.

Elemen Yang Perlu Diperhatikan Saat Mendesain Struktur Gedung


Jenis Kolom
Jenis Kolom
Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika mendesain elemen-elemen struktur, khususnya struktur gedung. walaupun pada artikel sebelumnya sudah saya bahas tentang membangun rumah sederhana yang tahan Gempa, tapi kali ini saya kususkan pada elemen2 struktur yang wajib diperhatikan untuk para engineering berbakat semuanya.
Untuk bagian yang pertama kali ini, elemen yang dibahas adalah KOLOM.
A. Analisa
  1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom.
  2. Reduksi Momen Inersia
    Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)
B. Beban Desain (Design Loads)
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:
  1. Kombinasi Pembebanan.
    Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
  2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif.
    Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983
    Tabelnya adalah sebagai berikut:
Jumlah lantai yang dipikulKoefisien reduksi
11.0
21.0
30.9
40.8
50.7
60.6
70.5
8 atau lebih0.4
Contoh cara penggunaan:Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
  • Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
  • Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
  • Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
  • Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
  • Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu sebesar 5×60 = 300 kN.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
D. Gaya Dalam
  1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing.
  2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.
C. Detailing Kolom Beton
Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
  1. Ukuran penampang kolom.
    Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.
  2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.
  3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah ukuran penampang dikurangi tebal selimut. d adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.
    Catatan:
    - toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.
    – Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja.
  4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.
    Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.
  5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm.
  6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
    Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’)
  7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda. Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.

K3 Pekerjaan Tanah


Undang-undang K3
1.      Undang-undang no. 1 tahun 1970
2.      Pasal 1 tentang istilah-istilah dalam keselamatan kerja
3.      Pasal 2 tentang ruang lingkup dalam keselamatan kerja
4.      Pasal 3 dan pasal 4 tentang syarat-syarat keselamatan keja
5.      Pasal 5,6,7,8,9 tentang pengawasan dalam keselamatan kerja
6.      Pasal 10 tentang panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
7.      Pasal 11 tentang kecelakaan dalam tempat kerja
8.      Pasal 12 tentang kewajiban dan hak tenaga kerja
9.      Pasal 13 tentang kewajiban memasuki  tempat kerja
10. Pasal 14 tentang kewajiban pengurus K3
11. Pasal 15,16,17,18 tentang ketentuan-ketentuan penutup

Standar K3
1.      Pakaian kerja yang digunakan tidak seperti pakaian karyawan kantor
2.      Sepatu kerja yang dipakai terbuat dari sol yang tebal supaya bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka
3.      Menggunakan kacamata pada saat mengelas
4.      Menggunakan sarung tangan
5.      Menggunakan helm sebagai pelindung kepala
6.      Sabuk pengaman digunakan untuk menghindari kecelakaan pada saat bekerja. Contohnya : kegiatan erection baja pada bangunan tower
7.      Penutup telinga digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin
8.      Masker digunakan sebagai pelindung pernapasan
9.      Tangga digunakan untuk memanjat
Karakteristik kegiatan proyek konstruksi
1.      Bersifat sangat kompleks,multi disiplin ilmu dan gaya seni arsitektur
2.      Mengakibatkan banyak tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah
3.      Masa kerja terbatas
4.      Intensitas kerja yang tinggi
5.      Menggunakan peralatan kerja beragam dan berpotensi bahaya
Siklus kegiatan konstruksi
·         PRA KONSTRUKSI
·         KONSTRUKSI
·         PASCA KONSTRUKSI
·         OPERASIONAL
·         PEMBONGKARAN
Pihak-pihak Yang Memiliki Peran Dalam Pemenuhan Syarat K3
·         PEMILIK
·         KONSULTAN
·         KONTRAKTOR
·         PENGELOLA
Sasaran K3
Untuk menjamin dan meningkatkan keamanan total dari ancaman Resiko bahaya yaitu dengan cara
·         —Life Safety
·         —Property Safety
·         —Environmental Safety
Mengingat kegiatan konstruksi yang sangat kompleks, karenanya untuk mencapai sasaran K3 dibutuhkan SISTEM MANAJEMEN KONSTRUKSI YANG TERINTEGRASI.
Permasalahan yang ada
Masalah Keselamatan dan kesehatan krja (K3) konstruksi secara umum di indonesia masih terabaikan karena :
·         Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi
·         Pemahaman dan ketaatan terhadap ketentuan K3 masih kurang
·         Kelalaian pelaksana dan lemahnya pengawasan
·         Rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah
·         Masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan
·         Tidak dilibatkannya tenaga ahli/tenaga trampil di bidang konstruksi maupun ahli K3 dalam pelaksanaan konstruksi
·         Belum adanya komitmen dari manajemen puncak di setiap kegiatan/pelaksanaan konstruksi, sehingga SMK3 konstruksi tidak diterapkan dengan sepenuhnya.
Potensi Sumber Bahaya
a. Pekerja tertimbun longsoran
·         —Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis tanah,lereng galian
·         —Pengaruh air : air tanah, air permukaan, sumber air, piping, dll
·         —Alat berat/kendaraan yang digunakan : beban, getaran
b. Pekerja tenggelam/ terkena banjir
c. Pekerja terkena sengatan aliran listrik
d. Pekerja menghirup gas beracun
e. Pekerja menghirup debu/kotoran
f. Pekerja tertimpa alat kerja/material
g. Pekerja terjatuh ke dalam galian
Jenis Tanah
Jenis tanah umumnya dibedakan seperti :
·         —Tanah lempung basah, tanah lempung kering
·         —Tanah cadas
·         —Tanah pasir basah
·         —Tanah kerikil
·         —Tanah lumpur
—Sedangkan jenis tanah di berbagai daerah di Indonesia di antaranya dengan komposisi yang mempunyai kedalaman umumnya :
·         Lempung lembek, abu-abu muda : 0-2 m
·         Lempung lembek, abu-abu kuning : 2-3 m
·         Lempung agak keras,coklat kemerahan : 3-7 m
·         Lempung keras, abu-abu tua : 7-10 m
·         Pasir batu : 10-11 m
·         Pasir sedang padat : 11-12 m
Persyaratan umum pekerjaan galian tanah
1. Untuk tempat kerja di bawah tanah, setiap pergantian shift kerja lakukan pemeriksaan. Lakukan pemeriksaan seminggu sekali untuk :
·         —Mesin-mesin
·         —Peralatan
·         —Penyangga
·         —Jalan keluar dll
2. Daerah kerja di bawah tanah yang berbahaya harus dipagari
3. Buat sistem komunikasi (sambungan telepon)
4. Gunakan APD (pakaian water proof, sepatu boot)
5. Semua yang masuk terowongan harus dicatat dan diidentifikasi
6. Buat ventilasi udara
7. Alat kerja
·         —Alat ringan seperti : cangkul, blencong, sekop,ganco,dll
·         —Alat berat seperti : buldozer, loader, alat bor/ drill, dump truck, dll
8. —Tingkat potensi bahaya yang berbeda-beda. —Untuk hal ini dibutuhkan tenaga operator yang terdidik dan terlatih dalam bidang K3
9. —Pengamanan dalam pekerjaan galian
·         Dinding pnahan, perancah dan tenaga kerja
·         Pagar pengaman
·         Sirkulasi udara yang cukup
·         Penerangan yang cukup
·         Sarana komunikasi
Persyaratan rencana penggalian
Lakukan penelitian terhadap
·         —Keadaan tanah
·         —Air tanah
·         —Jaringan utilitas di bawah tanah (listrik, air, gas)
·         —Tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya tertimbun tanah
·         —Lampu dan rambu-rambu dipasang untuk mencegah orang terjatuh
·         —Saat melakukan pekerjaan yang menggunakan tenaga listrik, lingkungan pekerjaan harus kering dan bersih
K3 pekerjaan tanah – sumuran
·         Ventilasi udara,perhatikan ventilasi udara pekerja yang bekerja di ruang bawah tanah
·         Alat komunikasi, perhatikan alat komunikasi pekerja di dalam ruang bawah tanah
·         Fasilitas keselamatan kerja
·         Perhatikan fasilitas kerja dan alat pelindung diri untuk bekerja di ruang bawah tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan sumuran
·         Ventilasi udara
·         Kebutuhan O2
·         Alat komunikasi
·         Identifikasi gas beracun
·         Pemadam kebakaran
·         Antisipasi keadaan darurat

Jenis Bendung


Bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai atau sudetan, dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak dengan maksud untuk meredam energi.
Ada 2 tipe atau jenis bendung tetap dilihat dari bentuk struktur ambang pelimpahannya, yaitu:
  • Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai artinya as ambang tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai.
  • Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe seperti ini diperlukan bila panjang ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar yang kecil tetapi debit airnya besar. Maka dengan menggunakan tipe ini akan didapat panjang ambang utama yang lebih besar, dengan demikian akan didapatkan kapasitas pelimpahan debit yang besar. Mengingat bentuk fisik ambang dan karakter hidrolisnya, disarankan bendung tipe gergaji ini dipakai pada saluran.
Dalam hal diterapkan di sungai harus memenuhi syarat sebagai berikut:
  • Debit relatif stabil
  • Tidak membawa material terapung berupa batang-batang pohon
  • Efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air pelimpasan tertentu.
Bendung Gerak Vertikal
Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal maupun radial. Tipe ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bendung kaitannya dengan muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup sepenuhnya pada saat saat kondisi normal, yaitu untuk kepentingan penyadapan air. Tipe bendung gerak ini hanya dibedakan dari bentuk pintu-pintunya antara lain:
  • Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat karena akan memerlukan peralatan angkat yang lebih besar dan mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang tinggi sehingga bila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran air.
  • Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar. Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai. Alat penggerak pintu dapat dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan pendorong dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau pilar.
Bendung Karet (Bendung Gerak Horisontal)
Bendung karet memiliki 2 bagian pokok, yaitu :
  • Tubuh bendung yang terbuat dari karet
  • Pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet.
Bendung ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol udara atau air (manometer).
Bendung Saringan Bawah
Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan membuat bak penampung air berupa saluran penangkap melintang sungai dan mengalirkan airnya ke tepi sungai untuk dibawa ke jaringan irigasi.
Operasional di lapangan dilakukan dengan membiarkan sedimen dan batuan meloncat melewati bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara periodik dibilas masuk sungai kembali.

Pemasangan Bouwplank


Pemasangan Bouwplank
ilmu teknik sipil – Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan yang diperlukan
sesuai dengan hasil pengukuran :
Syarat-syarat memasang bouwplank :
1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah
2. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak goyang akibat pelaksanaan
galian
3. Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.
4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan bouwplank lainnya.
5. Letak kedudukan bouwplank harus seragam (menghadap kedalam bangunan semua)
6. Garis benang bouwplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi dan dinding batu
bata.
Bentuk hasil pemasangan bouwplank dapat dilihat pada gambar berikut :

Pemasangan Bouwplank


Posisi Bouwplank Terhadap Pondasi Dan Dinding Bata
Pembuatan adukan beton secara manual
Mengaduk beton secara adukan tangan
Campuran beton secara pekerjaan tangan, tidak boleh dicampur lebih dari 0,25 m3 sekaligus.
Pasir, kerikil dan semen diaduk dalam keadaan kering di atas lantai yang bersih, paling sedikit tiga
kali seperti terlihat pada gambar berikut.

Semen dituang di atas pasir lalu diaduk

Sesudah itu dibentuk sebuah kolam di tengah campuran komponen yang masih kering dan
diisi air menurut tabel yang tercantum diatas. Perlu diperhatikan bahwa terlalu banyak air
mengurangi mutu dan ketahanan beton. Kemudian pencampuran dimuali pada bagian pinggiran
yang kering dengan air di kolam pada pertengahan sampai semua air tercampur dalam campuran
komponen. Sekarang beton dicampur paling sedikit tiga kali lagi sampai adukan menjadi homogen.
Cara mencampur komponen kering dengan komponen basah beton
Kualitas campuran adukan beton ini mempengaruhi kualitas beton selanjutnya.
Mengaduk beton menggunakan mesin molen
Pada mesin pengaduk beton pengisian komponen beton kering dan penuangan dilakukan dengan
mengubah keringan tabung pengaduk beton. Jika tabung berdiri tegak, maka pencampuran beton
tidak dijalankan, karena itu tabung pengaduk beton selalu berputar dalam keadaan miring.
Cara mesin pengaduk beton sederhana sekali (karena diciptakan sebagai alat pengaduk beton)
dan sangat umum, terutama sebagai mesin pengaduk beton yang agak kecil.

Mesin Aduk Beton

Pencampuran
Pemasangan Bekisting
Manfaat : Sebagai konstruksi pembantu/cetakan dalam pembuatan beton sesuai dengan ukuran
yang diharapkan.
Bahan Bekisting
- Papan kayu tebal min 2,5 cm, kayu harus kering dan kuat
- Paku
- Kertas semen atau plastic untuk mencegah agar beton tidak menempel pada bekisting
sehingga bekisting mudah dilepas.
- Kaso-kaso
Pengontrolan terhadap bekisting
- Kedudukan bekisting harus kukuh dan kuat
- periksa posisi tegak dan kerataan dari bekisting yang terpasang
- Periksa ketepatan posisi bekisting terhadap as bangunan (benang bouwplank)
- Periksa skur-skur dan klem-klem pada bekisting
- Tidak diperbolehkan adanya lubang sehingga menimbulkan kebocoran
- Cek apakah bekisting sudah dilapisi oleh kantong semen/plastic atau belum
- Bersihkan bekisting dari kotoran seperti daun, tanah dll

Bekisting Sloof


Bentuk-bentuk Bekisting Kolom
Plesteran Dinding
Membuat plester adalah melapisi pasangan batu bata, baik bagi pasangan batu kali maupun batu
cetak agar permukaan tidak mudah rusak, rapi dan bersih.
Tahapan pelaksanaan plesteran dinding :
a. Dinding yang akan diplester dibasahi terlebih dahulu
b. Membuat adukan untuk plesteran seperti adukan untuk batu bata
c. Membuat kepala plesteran di beberapa tempat dengan jarak 1 – 1,5 m antara satu dengan
yang lainnya dan diratakan memakai batang (bilah) perata.
d. Kemudian permukaan dinding di antara kepala plesteran diplester secara merata dan
diratakan memakai bilah perata.

Plesteran Dinding
Pemasangan Kusen Pintu dan Jendela
Kusen pintu dipasang pada pasangan tembok. Kusen pintu dipasang sebelum dibuat tembok,
tetapi setelah profil-profil dipasang.
Syarat-syarat untuk kusen pintu sebelum dipasang ;
1. Disetel dengan baik dan tidak terpuntir
2. Diberi batang penguat sudut pada kedua sudut atas dan batang penguat datar yang
menghubungkan kedua kakinya agar sudut atas tidak berubah.
3. Sudah diketam halus
4. Sudah dilengkapi dengan angkur baja dan sepatu baja serta papan
5. Sebaiknya sudah dicat dengan meni kayu
Syarat-syarat pemasangan kusen :
1. Dipasang pada tempat yang telah ditentukan sesuai dengan gambar rencana
2. Dipasang tegak/vertical
3. Tidak boleh tertukar bagian luar dan bagian dalam kusen pintu sehingga membukanya
daun-daun pintu akan terbalik
4. Dipasang terjepit kukuh pada pasangan tembok.

Pemasangan Kusen Pintu

Ukuran Bata dan Cara Memotongnya