SIFAT DAN JENIS – JENIS KAYU
A. PENGERTIAN TENTANG STRUKTUR KAYU.
Struktur kayu merupakan
suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam perkembangannya,
struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan
pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-kuda, rangka dan
gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.
Pada dasarnya kayu merupakan
bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu
sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifatsifat tersebut. Oleh sebab itu,
maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya
saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur
menjadi bahan pemerindah (dekoratif).
Namun demikian pada kondisi
tertentu (misalnya: pada daerah tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih
menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang lain) peranan kayu sebagai bahan
struktur masih digunakan.
B. BENTUK DAN KEGUNAAN KAYU.
Sebagai bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan,
khususnya dalam :
1. Menahan Tarikan.
Kekuatan terbesar yang dapat
ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat, sedangkan kekuatan tarikan tegak
lurus arah serat lebih kecil dari pada sejajar serat.
2. Menahan Tekanan (Desak).
Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar
serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya
tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila dibandingkan dengan sejajar
serat.
3. Menahan Lenturan.
Besarnya daya tahan kayu
terhadap lenturan tergantung pada jenis kayu, besarnya peampang kayu, berat
badan, lebar bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu menaan lenturan maka
dapat menahan beban tetap meupun beban kejut/pukulan. Sebagai bahan struktur
kayu biasanya diperdagangkan dengan ukuran tertentu dan dipakai dalam bentuk
balok, papan, atau bentangan bulat, (berdasarkan SK-SNI-03-2445-1991).
C. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KAYU.
1.
Kelebihan Kayu :
a.
Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah.
b.
Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik.
c.
Relatif mudah dikerjakan dan diganti.
d.
Mudah didapatkan, relatif murah.
e.
Pengaruh temperatur terhadap perubahan bentuk dapat
diabaikan.
f.
Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang
rendah, sehingga baik untuk partisi.
g.
Memiliki sisi keindahan yang khas.
2.
Kekurangan Kayu :
a.
Adanya sifat-sifat kayu yang kurang homogen (ketidak
seragaman), cacat kayu (mata kayu, retak, dll.).
b.
Beberapa jenis kayu kurang awet.
c.
Kekuatannya sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu,
kelembaban dan pengaruh waktu pembebanan.
d.
Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan
struktur bangunan yang makin beskala besar dan tinggi.
e.
Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relatif mahal dan
ketersediaan terbatas (langka).
D. JENIS KAYU DI INDONESIA.
Menurut Peraturan Konstruksi
Kayu - PKKI (Lampiran 3), dari 3000-4000 jenis pohon yang ada di Indonesia baru
sekitar 150 jenis yang telah diselidiki dan dianggap penting dalam perdagangan.
Dari jumlah tersebut sebagian merupakan jenis kayu yang penting sebagai bahan
struktur. Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan telah menyusun daftar kayu
Indonesia yang terdiri dari 90 jenis kayu penting di Indonesia. Daftar tersebut
tercantum selengkapnya pada Lampiran I. Susunan kayu sebagaimana disajikan pada
Gambar 2.1. terdiri dari susunan sel-sel
dan sel-sel tersebut terdiri dari susunan “cellose”
yang diikat dan disatukan oleh “lignine”. Perbedaan susunan sel-sel
inilah yang menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis.
|
Gambar
2.1. Potongan kayu melintang
a.
Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati, kering
dan berfingsi sebagai pelindung bagian dalam kayu.
b.
Kulit dalam (bast), kulit hidup, lunak basah, yang berfungsi
mengangkut bahan makanan dari daun
kebagian lain.
c.
Kambium (cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa
lapisan sangat tipis (tebalnya hanya berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang
memproduksi sel-sel kulit dan sel-sel kayu.
d.
Kayu gubal (sap wood), tebalnya bervariasi antara 1 - 20 cm
tergantung jenis kayunya, berwarna keputih-putihan, berfungsi sebagai
pengangkut air (berikut zat-zat) dari tanah ke daun. Untuk keperluan struktur
umumnya kayu perlu diawetkan dengan memasukan bahan-bahan kimia kedalam lapisan
kayu gubal ini.
e.
Kayu teras atau galih (heart wood), lebih tebal dari kayu
gubal yang tidak bekerja lagi. Kayu teras terjadi dari perubahan kayu gubal
secara perlahan-lahan. Kayu teras merupakan bagian utama pada struktur kayu
yang biasanya lebih awet (terhadap serangan serangga, bubuk, jamur) dari pada
kayu gubal.
f.
Hati (puh).
g.
Jari-jari teras (Rays) yang menghubungkan berbagai bagian
dari pohon untuk penyimpanan dan peralihan bahan makanan.
Tabel
1.1. Kelas Kuat Kayu Berdasarkan Berat Jenisnya.
KELAS KUAT
|
BERAT JENIS KERING UDARA
|
KUAT LENTUR (Kg/Cm2)
|
KUAT DESAK (Kg/Cm2)
|
I
II
III
IV
V
|
> 0,90
0,90 - 0,60
0,60 - 0,40
0,40 - 0,30
< 0,30
|
> 1100
1100 - 725
725 - 500
500 - 360
< 360
|
> 650
650 - 425
425 - 300
300 - 215
< 215
|
E. HUBUNGAN BERAT JENIS DAN KEKUATAN.
Berat jenis menyatakan berat
kayu dibagi dengan volumenya, umumnya kayu yang baru ditebang mempunyai kadar
air 40 % untuk kayu berat hingga dan 200 % untuk kayu ringan. Kadar air
tersebut akan keluar bersamaan dengan mengeringnya kayu hingga mencapai titik
jenuh serat (fiber saturation point), yang berkadar lengas kira-kira
25–35 %. Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh seratnya, dinding sel
menjadi padat, akibatnya serat-seratnya menjadi kuat dan kokoh. Jadi turunnya
kadar lengas kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu.
Berdasarkan berat jenisnya,
kayu di Indonesia dibedakan menjadi lima kelas kuat, sebagaimana tersaji pada
Tabel 1.1 (Klasifikasi ini disusun oleh Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan).
F. CARA MENINGKATKAN KEAWETAN KAYU.
Upaya meningkatkan keawetan
kayu telah lama dilakukan, tujuannnya adalah untuk meningkatkan ketahanan kayu
terhadap serangan-serangan serangga (rayap, bubuk, dll.) agar memperpanjang
umur kayu. Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPPH), membagi keawetan kayu menjadi
lima kelas awet. Pembagian kelas awet tersebut didasarkan pada kriteria yang
terdapat
dalam Tabel 1.2.
Tabel
1.2. Kelas Awet Kayu Berdasarkan Umurnya.
KELAS AWET
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
Selalu
berhungan
dengan
tanah lembab.
|
8
tahun
|
5
tahun
|
3
tahun
|
Sangat
pendek
|
Sangat
pendek
|
Kayu
tidak terlindung
terhadap
angin dan
iklim,
tetapi dilindungi
terhadap
air.
|
20
tahun
|
15
tahun
|
10
tahun
|
beberapa
tahun
|
sangat
pendek
|
Kayu
ditempatkan di
tempat
terlindung.
|
tidak
terbatas
|
tidak
terbatas
|
sangat
lama
|
beberapa
tahun
|
pendek
|
Kayu
ditempatkan di
tempat
terlindung tapi
dirawat,
di cat, dsb.
|
tidak
terbatas
|
tidak
terbatas
|
tidak
terbatas
|
20
tahun
|
tahun
|
Kayu
termakan /
terserang
rayap
|
tidak
|
jarang
|
agak
cepat
|
sangat
cepat
|
sangat
cepat
|
Kayu
termakan oleh
bubuk
kayu, rayap dan
serangga
lain
|
tidak
|
tidak
|
hampir
tidak
|
tidak
seberapa
|
sangat
cepat
|
Ada beberapa cara untuk meningkatkan keawetan kayu,
diantaranya adalah :
1. Membakar Kayu.
Salah satu cara untuk
menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan luar kayu tersebut.
Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan rayap. Cara ini
biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam tanah. Cara ini
tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan mudah masuk dalam
retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu.
2. Mengetir.
Biasanya dipakai pada tiang pagar
dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua macam tir yang sering dipakai yaitu : “kolter”
dan “sweedsteer” warnanya coklat muda dan cair.
3. Penggunaan Karbolium.
Karbolium lebih baik dari
pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup dan getahnya masih bisa keluar.
Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum, misalnya untuk tiang jembatan
dalam laut, perahu, dll.
4. Penggunaan Minyak Kreosoot.
Kayu yang akan di-kreosoot
dimasukan kedalam ketel. Kemudian disalurkan uap air, agar getah kayu keluar.
Air panas yang tercampur getah dan angin dipompa keluar. Lewat saluran pipa
lain minyak kreosoot yang telah dipanasi sampai 60 0 C dimasukan, lalu diproses
sampai 10 atmosfir. Penggunaan minyak ini juga bisa disapukan atau dicatkan
dibagian luar seperti mengetir.
5. Proses Burnett.
Proses ini sama dengan
proses minyak kreosoot, hanya bahannya yang berbeda yaitu Zn Cl2 berbusa dan tak berwarna.
Cara ini tidak dapat digunakan untuk struktur yang terendam air.
6. Penggunaan Kopervitriool (Prusi).
Pada proses ini digunakan
dua bejana (tangki) khusus. Tangki bagian atas diisi campuran kopervitriool dan
air, kayu dimasukan kedalam tangki bagian bawah, sehingga kopervitriool
bercampur air akan mengalir dan mengisi pori-pori kayu.
7. Proses Kijan.
Kayu direndam dalam air yang
sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair putih yang beracun sangat berbisa dan tak
berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu
yang sudah diobati tidak berbau dan berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara
ini tidak baik jika digunakan pada struktur yang berlengas, juga tidak baik
dipadukan (komposit) dengan besi.
8. Proses Wolman.
Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet
yang terdiri dari Na Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual
dalam bentuk bubuk. Kayu yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu,
kemudian direndam dalam air yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan
kemudian dikeringkan.
Berdasarkan SK-SNI
03-3233-1998, tentang Tata Cara Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Rumah dan
Gedung sebagai berikut:
Pengawetan adalah suatu
proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk
memperpanjang masa pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan rumah
dan gedung adalah kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III,
IV, V dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya.
Bahan kayu yang akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses
rendaman, permukaan kayu harus bersih dan siap pakai.
Peralatan yang digunakan
dalam pengawetan dengan proses vakum tekan adalah tangki pengawet, tangki
pengukus, tangki persediaan, tangki pencampur, pompa vacum, pompa tekan
hidrolik,bejana vakum, pompa pemindah larutan, kompresor, manometer,
termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman
diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki persediaan, bak pengawet,
pompa pemindah larutan, geas ukur, hidrometer termometer, timbangan, dan
manometer. Sedangkan untuk rendaman panas dingin digunakan peralatan yang sama
seperti rendaman dingin tanpa timbangan dan ditambah tungku panas.
Cara pengawetan sebagai
berikut: Pembuatan bahan larutan, dan persiapan kayu yang akan diawetkan.
Pelaksanaan pengawetan dengan cara vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman
panas-dingin.
Setelah kayu diawetkan maka
kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal yang seragam (1,5 - 2,0)
x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan matahari secara
langsung sampai kering udara.
G. PERBEDAAN KAYU MUTU A DAN MUTU B.
PKKI Pasal 3 membagi mutu
kayu kedalam dua kelas, yaitu mutu A dan mutu B (Tabel 1.3). Perbedaan mutu
kayu ditentukan oleh kondisinya (banyaknya dan keadaan cacat - cacat kayu),
yaitu mata kayu, wanvlak (cacat kayu akibat terkelupasnya kulit kayu), miring
arah serat, retak - retak dan keadaan kadar lengas kayu kering udara.
Tabel
1.3. Klasifikasi Mutu Kayu.
KONDISI KAYU
|
MUTU A
|
MUTU B
|
1.
Kadar lengas kering udara
|
12
- 18 %
|
<
300 %
|
2.
Mata Kayu
|
d1 < 1/6 h, d2 < 1/6 b
d1 < 3,5 cm, d2 < 3,5 cm
d1,2 = diameter mata kayu
h
= tinggi kayu
b
= lebar kayu
|
d1 < 1/4 h, d2 < 1/4 b
d1 < 5 cm, d2 < 5 cm
d1,2 = diameter mata kayu
h
= tinggi kayu
b
= lebar kayu
|
3.
Wanvlak
|
e1 < 1/10 b, e2 < 1/10 h
e1,2 = lebar/tinggi wanvlak
h
= tinggi kayu
b
= lebar kayu
|
e1 < 1/10 h, e2 < 1/10 h
e1,2 = lebar/tinggi wanvlak
h
= tinggi kayu
b
= lebar kayu
|
4.
Miring arah serat
|
tg
a < 1/10
|
tg
a < 1/10
|
5.
Retak -retak
|
hr < 1/4 b, ht < 1/5 b
|
hr < 1/3 b, ht < 1/4 b
|
H. PENGARUH KADAR LENGAS KAYU.
Terdapat tiga macam kadar
lengas pada kayu, yaitu : kadar kayu basah (baru ditebang), kadar lengas kayu
kering udara, dan kadar lengas kayu kering mutlak. Kayu basah mempunyai kadar
lengas antara 40 - 200 %, makin lama makin kering hingga mencapai kadar lengas
antara 24 - 30 %.
Proses pengeringan pada kayu
mengakibatkan adanya pengerutan, sehingga sel-sel kayu makin padat, dan
menjadikan peningkatan kekuatan kayu. Dengan demikian turunnya kadar lengas
kayu meningkatkan kekuatan kayu.
Kayu sangat peka terhadap
lembab udara, perubahan kadar lengas menyebabkan kayu mengembang dan menyusut
dan berpengaruh pada sifat-sifat fisik dan mekaniknya. Hal tersebut menyebabkan
kekuatan kayu yang berbeda.
I. JENIS – JENIS KAYU
a.
Kelompok Jenis Meranti/Kelompok
Komersial Satu
No
|
Nama Perdagangan
|
Nama Ilmiah
|
Nama-nama Daerah
|
1.
|
Agathis spp.
|
||
2.
|
Shorea spp.
(misalnya S. materialis Ridl., S. maxwelliana King, S.
scrobiculata Burck); Parashorea
spp.
|
Damar
laut (Smt.), semantok (Aceh), amperok,
anggelam, selangan batu (Klm.)
|
|
3.
|
Shorea spp.
(mis. S. collina Ridl., S. guiso (Blanco)
Bl.)
|
Balau
laut, damar laut merah, batu tuyang, putang, lempung abang. Ingg.: red
selangan.
|
|
4.
|
Shorea spp.
(mis. S. kunstleri King, S. laevis Ridley,S.
laevifolia Endert); Hopea spp.
(mis. H. celebicaBurck, H. semicuneata Sym.)
|
Benuas,
balau mata kucing, hulo dereh, puguh, jangkang putih, kerangan (Smt.), bubuh
(Bk.)
|
|
5.
|
Araucaria spp.
(mis. A. cunninghamii D. Don, A. hunsteinii K.Schum.)
|
Alloa,
ningwik, pien (Pap.). Ingg.: araucaria.
|
|
6.
|
Durio spp. (terutama Durio
carinatus Mast.);Coelostegia spp.
|
Durian
burung, lahong, layung, apun, begurah, punggai, durian hantu, enggang
|
|
7.
|
Homalium
tomentosum (Roxb.) Benth., Homalium
foetidum (Roxb.) Benth.
|
Delingsem
(Jw.), kayu batu, melunas, kayu kerbau, momala (Slw.)
|
|
8.
|
Cotylelobium spp.
(mis. C. burckii Heim, C. lanceolatum Craib, C.
melanoxylon Pierre
|
Giam
durian, resak bukit
tembaga; giam padi, resak daun kecil, resak batu; giam tembaga, resak daun
lebar; resak gunung
|
|
9.
|
Dyera spp.
|
Pulai
nasi, pantung gunung, melabuai
|
|
10.
|
Dryobalanops spp.
(di antaranya D. oblongifolia Dyer,D. sumatrensis (Gmelin)
Kosterm.)
|
Kamper
(kayu), kayu kayatan, empedu, keladan
|
|
11.
|
Dryobalanops
oblongifolia Dyer
|
Kapur
guras (Smt.), kapur paya (Mly.), kelansau (Swk.)
|
|
12.
|
Canarium spp., Dacryodes spp.
, Santiria spp., Triomaspp.
|
Kerantai,
ki tuwak, binjau, asam-asam, kedondong (kedundung), resung, bayung,
ranggorai, mertukul
|
|
13.
|
Dipterocarpus spp.
(mis. D. applanatus V.Sl., D. baudii Korth., D.
elongatus Korth. dll.)
|
Keruing
arong, kekalup; Lagan sanduk, mara keluang; Keruing tempudau; tempurau,
merkurang, kawang, apitong
|
|
14.
|
Scorodocarpus borneensis Becc.
|
Kayu
bawang hutan (Klm.)
|
|
15.
|
Pongamia
pinnata (L.) Pierre
|
Malapari
|
|
16.
|
Pometia spp.;
mis. P. pinnata Forster & Forster, P. ridleyi King
|
Kasai,
taun, kungki, hatobu, kayu sapi (Jw.), tawan (Mlku.), ihi mendek (Irian Jaya)
|
|
17.
|
Cinnamomum spp.
|
Sintuk,
sintok lancing, ki teja, ki tuha, ki sereh, selasihan
|
|
18.
|
Shorea spp.
(di antaranya: S. acuminatissima Sym.,S. balanocarpoides Sym., S.
faguetiana Heim, S. gibbosa Brandis, Shorea
scollaris V.Sl.;
|
Damar
hitam, damar kalepek; Damar hitam katup; Bangkirai guruk, karamuku; Damar
buah, mereng-kuyung; Damar tanduk.Ingg.: yellow seraya.
|
|
19.
|
Shorea spp.
(di antaranya: S. johorensis Foxw., S. lepidota BI., S.
leprosula Miq., S. ovalis BI., S.
palembanica Miq., S. platyclados V.Sl. ex Foxw., S.
leptoclados Sym., dll.)
|
Majau,
meranti merkuyung; Meranti ketrahan; Meranti tembaga, kontoi bayor; Meranti
kelungkung; Tengkawang
majau; Banio, ketir; Seraya merah, campaga, lempong, kumbang,
meranti ketuko, cupang. Ingg.: red seraya, red
lauan.
|
|
20.
|
Shorea spp.
(di antaranya: S. assamica Dyer, S. bracteolata Dyer, S.
javanica K. et. Val., S. lamellataFoxw., S.
ochracea Sym., S. retinodes V.SI., S.
virescens Parijs, S. koordersi Brandis, dll.)
|
Damar
mesegar; Bunyau, damar kedontang; Damar
mata kucing, damar kaca, damar kucing; Damar tunam, damar pakit;
Damar kebaong, baong, bayong, baung, belobungo, kontoi tembaga; Balamsarai,
damar mansarai; Damar maja, kontoi sabang; Kikir, udang, udang ulang, damar
hutan, anggelam tikus, maharam potong, pongin, awan punuk, mehing (Smt.,
Kal.); Damar lari-lari, lalari, temungku, tambia putih (Slw.), Damar tenang
putih, hili, honi (Mlku.). Ingg.: white meranti.
|
|
21.
|
Hopea spp.
(mis. H. dasyrrachis V.Sl., H. dyeri Heim,H.
sangal Korth., dll.)
|
Tekam,
tekam rayap; Bangkirai tanduk, emang, amang besi;Cengal,
merawan telor; Ngerawan, cengal balau
|
|
22.
|
Intsia spp.
(terutama I. bijuga O.K., I. palembanicaMiq.)
|
Merbau
asam, ipi (NT.), kayu
besi (Papua); Ipil, anglai, maharan; Tanduk (Mlku.)
|
|
23.
|
Anisoptera spp.
(mis. A. laevis Ridl., A. marginataKorth., A.
thurifera Bl.)
|
Cengal
padi, damar kunyit; Masegar (Smt.), ketimpun (Klm.), mersawa daun besar;
tabok, tahan
|
|
24.
|
Suntai,
balam, jongkong, hangkang, katingan, mayang batu, bunut, kedang, bakalaung,
ketiau, jengkot, kolan
|
||
25.
|
Heritiera (Tarrietia)
spp.; mis. H. javanica (Bl.) Kosterm., H.
simplicifolia (Mast.) Kosterm., H. littoralis Ait., H.
sylvatica S. Vidal
|
Mengkulang,
teraling; Dungun, talutung, lesi-lesi.
|
|
26.
|
Celtis spp.
|
Rempelas,
ki jeungkil, ki endog (Sd.), cengkek (Jw.), pusu (Sumbawa)
|
|
27.
|
Lophopetalum spp.;
mis. L. javanicum (Zoll.) Turcz., L. multinervium Ridl., L.
subobovatum King, L. wightianum Arn.
|
Kerupuk
(Smt.), pasana (Klm.), mandalaksa (Jw.), aras
|
|
28.
|
Pentace spp.
|
Melunak,
ki sigeung, ki sinduk, kelembing
|
|
29.
|
Alstonia spp.
(di antaranya A. pneumatophora Back.,A. scholaris R.Br., A.
spatulata Bl., A. macrophyllaWall., A.
spectabilis R.Br.)
|
Kayu
gabus, rita, gitoh, bintau, basung, pule, pulai miang. Ingg.:white
cheesewood, milkwood, milky pine.
|
|
30.
|
Altingia
excelsa Noroña
|
Tulasan
(Smt.), mandung (Min.), mala (Jw.)
|
|
31.
|
Vatica spp.;
mis. V. maingayi Dyer, V. oblongifoliaHook.f., V.
rassak Bl.
|
Damar
along, resak putih
|
b. Kelompok
Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua
No
|
Nama Perdagangan
|
Nama Ilmiah
|
Nama-nama Daerah
|
1.
|
Rhizophora spp.
dan Bruguiera spp
|
||
2.
|
Pterospermum spp.
|
Balang,
Walang, Wadang, Wayu
|
|
3.
|
Octomeles sumatrana Miq.
|
Benuang
bini (Klm.), winuang (Slw.)
|
|
4.
|
Adina minutiflora Val.); Pertusadina spp.
|
Kayu
lobang, Barumbung, Kayu gatal
|
|
5.
|
Calophyllum spp.;
mis. C. calaba L., C. inophyllum L.,C.
papuanum Lauterb., C. pulcherrimum Wall.ex
Choisy, C. soulattri Burm.f.
|
||
6.
|
Pterygota spp.
|
Kayu
wipa
|
|
7.
|
Serianthes
minahassae Merr. & Perry
(Syn. Albizia minahasae Koord.)
|
Rayango,
Merang, Terangkuse
|
|
8.
|
Grepau
|
||
9.
|
Cenge,
Cingo
|
||
10.
|
Duabanga
|
Benuang laki, Takir,
Aras, Raju mas
|
|
11.
|
Eucalyptus spp.;
mis. E. alba Reinw.ex Bl., E. deglupta Bl., E.
urophylla S.T. Blake
|
||
12.
|
Melaleuca spp.
|
||
13.
|
Nauclea spp.
|
Wosen,
Klepu pasir, Anggrit
|
|
14.
|
Gopasa
|
Vitex spp.
|
Teraut, Laban
|
15.
|
Cratoxylum spp.;
mis. C. arborescens (Vahl) Bl., C. cochinchinense (Lour.)
Bl.
|
||
16.
|
Anthocephalus spp.
(A. chinensis (Lamk.) A.Rich ex Walp. dan A. macrophyllus (Roxb.)
Havil.)
|
Kelampayan
(Mly.), laran (Klm.), semama (Amb.). Ingg.:cadamba.
|
|
17.
|
Kelat, Ki
tembaga, Jambu
|
||
18.
|
Exbucklandia
populnea R. Brown
|
Hapas-hapas,
Tapa-tapa, Leman
|
|
19.
|
Kayu
kereta
|
Swintonia spp.
|
Rengas
sumpung, Merpauh, Bagel mirah
|
20.
|
Sandoricum spp.
|
Papung,
Kelam, Sentul
|
|
21.
|
Kedondong Hutan
|
Spondias spp.
|
Coco,
Kacemcem leuweung
|
22.
|
Sterculia spp.
|
Kepuh,
Kalupat, Lomes
|
|
23.
|
Scaphium macropodum J.
B.
|
Kepayang,
merpayang (Smt.)
|
|
24.
|
Koompassia
malaccensis Maing.
|
Hampas,
impas, tualang ayam
|
|
25.
|
Cananga sp.
|
Kananga
|
|
26.
|
Dialium spp.;
mis. D. indum L., D. platysepalumBaker, D.
procerum (v.Steen.) Stey
|
Kayu
lilin; Maranji
|
|
27.
|
Terminalia spp.
|
Kalumpit,
Klumprit, Jelawai, Jaha
|
|
28.
|
Timonius spp.
|
Seranai,
Temirit, Kayu reen
|
|
29.
|
Mastixiodendron spp.
|
Kundur,
Modjiu, Raimagago
|
|
30.
|
Metrosideros spp.
dan Xanthostemon spp.
|
Lompopaito,
Nani, Langera
|
|
31.
|
Macaranga spp.
|
||
32.
|
Medang
|
Litsea firma Hook
f.; Dehaasia spp.
|
Manggah,
Huru kacang, Keleban, Wuru, Kunyit
|
33.
|
Mezzetia parviflora Becc.; Xylopia spp.; Alphonseaspp.; Kandelia candel Druce
|
Mahabai,
Hakai rawang, Empunyit, Jangkang, Banitan, Pisang-pisang
|
|
34.
|
Darah-darah,
Tangkalak, Au-au, Ki mokla, Kumpang, Kayu luo, Huru
|
||
35.
|
Xanthophyllum spp.
|
Lilin,
Ki endog, Segi landak
|
|
36.
|
Jongkong,
merebung
|
||
37.
|
Vernonia arborea Han.
|
Merambung,
sembung
|
|
38.
|
Tetramerista glabra Miq.
|
Kayu
malaka (Smt.), cerega (Klm.)
|
|
39.
|
Schima spp.;
terutama S. wallichii Korth.
|
Seru
(Jw.), simartolu (Smt.), madang gatal (Klm.)
|
|
40.
|
Rengas
|
Gluta aptera (King)
Ding Hou
|
Rengas tembaga, Rangas
|
41.
|
Castanopsis argentea A.
DC.
|
Sarangan
(Jw.), ki hiur (Sd.), kalimorot
|
|
42.
|
Sengon
|
Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen
|
Jeungjing,
Tawa kase, Sika (Maluku)
|
43.
|
Berrya cordofolia Roxb.
|
Waru
gunung, Kalong
|
|
44.
|
Endospermum spp.;
mis. E. diadenum (Miq.) Airy Shaw, E. moluccanum (T
& B) Kurz, E. peltatumMerr.
|
Sendok-sendok,
kayu labuh (Smt.), kayu bulan (Mly.), garung (Klm.); Kayu raja (Mlku.)
|
|
45.
|
Dillenia spp.; mis. D.
grandifolia Wall., D. obovataHoogl., D.
pentagyna Roxb.
|
Sempur,
segel, janti, dongi
|
|
46.
|
Toona sureni Merr.
|
Suren,
kalantas
|
|
47.
|
Fagraea spp.;
mis. F. fragrans Roxb., F. sororia J.J. Sm.
|
Tomasu
(Smt.), kulaki (Slw.), malbira, ki tandu
|
|
48.
|
Sloetia elongata Kds.
|
Damuli,
Kayu besi
|
|
49.
|
Polyalthia glauca Boerl.
|
Banitan,
Pemelesian, Kayu tinyang, Kayu bulan, Banet, Kayu kalet
|
|
50.
|
Parartocarpus spp.
|
Buku
ongko, Pejatai, Purut bulu
|
|
51.
|
Artocarpus spp.
|
||
52.
|
Campnosperma spp.;
mis. C. auriculatum (Bl.) Hook.f., C.
brevipetiolatum Volkens, dll.
|
Tumbus
(Smt.), pauh lebi
|
|
53.
|
Buchanania spp.
|
Pauhan, Antumbus,
Talantang
|
|
54.
|
Pinus spp.
|
Pinus,
Damar batu, Uyam
|
|
55.
|
Aromadendron sp.
|
U
t u p
|
c. Kelompok
Jenis Kayu Eboni/Kelompok Indah Satu
No
|
Nama Perdagangan
|
Nama Ilmiah
|
Nama-nama Daerah
|
1.
|
Diospyros celebica Bakh.
|
Maitong,
Kayu lotong, Sora, Amara
|
|
2.
|
Diospyros rumphii Bakh.
|
Kayu
hitam, Maitem, Kayu waled
|
|
3.
|
Diospyros spp.;
di antaranya D. areolata King
et G.,D. cauliflora BI., D. ebenum Koen, D. ferrea Bakh., D. lolin Bakh., D.
macrophylla BI.
|
Baniak,
Toli-toli, Kayu arang, Kanara, Gito-gito, Bengkoal, Malam
|
d. Kelompok
Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua
No
|
Nama Perdagangan
|
Nama Ilmiah
|
Nama-nama Daerah
|
1.
|
Irvingia malayana Oliv.
|
Pauh
kijang, Sepah, Kayu batu
|
|
2.
|
Lagerstroemia
speciosa Pers.
|
Ketangi,
wungu (Jw.), tekuyung, benger
|
|
3.
|
Michelia spp., Elmerrillia spp.
|
Minjaran,
Wasian, Manglid, Sitekwok, Kantil (Jw.),
Capuka
|
|
4.
|
Kayu
kuning, Lemo daru
|
||
5.
|
Dracontomelon spp.;
mis. D. dao Merr. & Rolfe, D. mangiferum Bl.
|
Dao,
basuong (Smt.), sengkuang (Mly.), koili
|
|
6.
|
Juar, Trengguli,
Sebusuk, Bobondelan
|
||
7.
|
Pericopsis mooniana Thw.
|
Kayu
laut, Papus, Nani laut
|
|
8.
|
Ormosia spp.
|
Kayu
ruan, Saga
|
|
9.
|
Adina fagifolia Ridl.
|
Adina,
Kilaki
|
|
10.
|
Swietenia spp.;
mis. S. macrophylla King, S. mahagoni (L.)
Jacq.
|
Mahoni
|
|
11.
|
Dacrydium spp.; Podocarpus spp.
dan Phyllocladusspp. Mis. Dacrydium junghuhnii Miq.
|
Alau, cemantan
(Klm.); Jamuju, kayu embun
(Slw.), sampinur bunga (Smt.); Sampinur tali; Kayu cina; Ki merah,
Sandu
|
|
12.
|
Mangifera spp.
|
||
13.
|
Melia spp.;
terutama M. azedarach L.
|
Bawang
kungut
|
|
14.
|
Xylocarpus granatum J.
Konig
|
Nyireh,
Niri
|
|
15.
|
Quercus spp.
|
Mempening, Baturua,
Kasunu, Triti
|
|
16.
|
Marapat,
Teruntum batu
|
||
17.
|
Adenanthera spp
|
||
18.
|
Gluta spp.; Melanorrhoea spp.
|
Ingas,
Suloh, Rangas, Rengas burung
|
|
19.
|
Gonystylus bancanus Kurz
|
Gaharu
buaya, Medang keladi, Keladi, Miang
|
|
20.
|
Manilkara spp.;
mis. M. fascicularis H.J. Lam & Maas Geest., M.
kauki (L.) Dub.
|
Subo,
Ki sawo
|
|
21.
|
Cordia spp.
|
Kendal,
Klimasada, Purnamasada
|
|
22.
|
Sindora spp.;
mis. S. bruggemanii de Wit, S. coriaceaMaing., S.
wallichii Graham
|
Sepetir
(Mly.), sasundur (Klm.), mobingo (Slw.)
|
|
23.
|
Pterocarpus
indicus Willd.
|
Angsana,
Linggua, Nala, Candana
|
|
24.
|
Dalbergia latifolia Roxb.
|
Linggota,
sono sungu, sonobrits
|
|
25.
|
Peronema canescens Jack
|
Jati
seberang, Jati londo
|
|
26.
|
Sawo
manuk (Jw.), karikis (Slw.)
|
||
27.
|
Kelampai,
Setan, Kedui, Wayang
|
||
28.
|
Pteleocarpus
lampongus Bakh.
|
Lontar
kuning
|
|
29.
|
Manilkara
kanosiensis H.j. L. et B. M.
|
Sawai,
Torem
|
|
30.
|
Samanea
saman Merr.
|
Ki
hujan
|
|
31.
|
Eusideroxylon
zwageri T.et B.
|
Kayu
besi, bulian, kokon
|
|
32.
|
Albizia procera Benth.
|
Beru,
Ki hiyang, Bengkal
|
0 komentar:
Posting Komentar