Perhitungan Kubikasi Rancangan Geometrik Jalan Raya
Berikut cara memperhitungkan KUBIKASI rancangan geometrik jalan raya, dan disini hanya saya jelaskan sepintas saja, dan satu sample gambar saja :)
Gambar Bendung
Gambar bendung.
Pemasangan Bouwplank
Ilmu teknik sipil – Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan yang diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran:
Format Surat Teguran Keterlambatan Proyek/Pekerjaan
Format Surat Teguran Keterlambatan Proyek/Pekerjaan
Beton Serat
Beton serat adalah beton yang cara pembuatannya ditambah serat[1]. Tujuan penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya terjadi pada beton dengan permukaannya yang luas.
Infrastruktur Sumber Daya Air dan Permasalahannya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Proyek
Contoh Pre Contructions Risk Assesment (PCRA) Rumah Sakit
Lokasi
konstruksi: |
Tanggal
mulai proyek: |
||||
Koordinator
Proyek: |
Perkiraan
durasi: |
||||
Pekerjaan
konstruksi: |
Tanggal
kadaluarsa: |
||||
Supervisor: |
Telephone: |
||||
YA |
TIDAK
|
AKTIVITAS
KONSTRUKSI |
YA |
TIDAK |
KELOMPOK
BERISIKO |
|
|
TIPE
A: Inspeksi, aktifitas non invasif |
|
|
Kelompok
1: Risiko rendah |
|
|
TIPE
B: Skala kecil, durasi pendek, tingkat sedang – tinggi |
|
|
Kelompok
2: Risiko sedang |
|
|
TIPE
C: Kegiatan yang menghasilkan debu tingkat sedang sampai tinggi, membutuhkan
waktu penyelesaian lebih dari 1 shift. |
|
|
Kelompok
3: Risiko tinggi |
|
|
TIPE
D: Kegiatan konstruksi level tinggi. Membutuhkan waktu penyelesaian yang
panjang. |
|
|
Kelompok
4: Risiko sangat tinggi |
|
|
1.
Terdapat pagar pembatas proyek dengan area
perawatan di RS. Pagar dipasang setinggi 2M dengan bahan tahan lama |
|||
|
|
2.
Terdapat rambu-rambu berupa papan nama
proyek, symbol, tanda larangan merokok, |
|||
|
|
3.
Lokasi proyek minimal mempunyai 2 akses
utama jalan keluar yang mudah teridentifikasi sebagai jalur evakuasi dan
pintu keluar masuk area proyek |
|||
|
|
4.
Terdapat akses
pasien sementara yang memadai selama proses konstruksi berlangsung |
|||
|
|
5.
Area proyek harus
menerapkan 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) |
|||
|
|
6.
Terdapat akses
pasien sementara yang memadai selama proses kontruksi berlangsung |
|||
|
|
7.
Terdapat kamar
mandi semntara untuk pekerja proyek |
|||
|
|
8.
Pekerjaan kontruksi
dapat teridentifikasi (ID Card/Seragam) dan menggunakan alat pelindung diri
(APD) yang sesuai dan disediakan oleh kontraktor pelaksana |
|||
|
|
9.
APD yang digunakan
dilokasi proyek minimal helm proyek, Earplug, sepatu safety dan sarung tangan |
|||
|
|
10. Kontraktor menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) yang siap digunakan dilokasi proyek |
|||
|
|
11. Kontraktor menyediakan kotak P3K yang memadai dan
siap digunakan (minimal tersedia perban steril, iodine, antiseptic, plester,
gunting) |
|||
|
|
12. Proyek diharapkan memiliki kegiatan rapat rutin dan
safety talk/briefing untuk pekerja |
|||
|
|
13.
Kontraktor
memastikan keamanan sumber listrik yang digunakan dalam proses konstruksi |
|||
|
|
14.
Area RS bebas dari
asap rokok dan api |
|||
|
|
15. Pengukuran fisik pada area proyek dan lingkungan
sekitar proyek sesuai dengan persyaratan: a.
Kebisingan melebihi
nilai ambang batas (NAB :85 dB) b.
Getaran alat kerja
yang kotak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan pekerja
tidak melebihi 4mg/det² c.
Getaran yang kontak
langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh tidak melebihi 0,5 m/det² d.
Kandungan debu
maksimal didalam udara area lokasi proyek dan lingkungan sekitarnya tidak
melebihi 0,5 mg/m² |
|||
|
|
16.
Pada proyek yang
menggunakan B3 (bahan berbahaya dan beracun) harus melakukan pengelolaan B3
sesuai dengan standard prosedur operasional sebagai berikut : a.
Tempat penyimpanan
B3 harus terpisah dari bahan lain dan dirancang sesuai karakteristik B3 b.
Tempat penyimpanan
B3 wajib dilengkapi system tanggap darurat. c.
B3 yang disimpang
harus memiliki MSDS (material safety data sheet) d.
B3 yang disimpan
dapat diidentifikasi jenis dan karakteristiknya e.
Apalagi kegiatan
proyek memiliki limbah B3, maka tempat pembuangannya harus terpisah dari
limbah lain dan berkoordinasi dengan sanitasi f.
Apalagi proyek
menggunakan B3 atau menghasilkan limbah B3 wajib melapor ke Komite K3RS |
|||
|
|
17. Kontraktor pelaksana melakukan sosialisasi pada
seluruh proyek mengenai: a.
prosedur evaluasi
pada saat terjadi bencana b.
lokasi APAR c.
lokasi titik kumpul aman d.
prosedur penanggulangan
kebakaran e.
kode-kode emergensi
yang diterapkan RS : ·
code Red : Kebakaran ·
code blue : Henti Jatung ·
code Pink : Peculikan Bayi ·
code Black : Ancaman Bom ·
code Green : Bencana |
|||
|
|
18.
Setiap pintu harus mengarah/mengayun keluar |
|||
|
|
19. Bangunan dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran
seperti alarm, smoke detector, hydran dan sprinkler. |
|||
|
|
20. Kontraktor wajib melaporkan kejadian kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja kepada komite K3RS |
|||
KELAS I |
1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu minimal. 2. Segera mengganti plafon yang digunakan
untuk pemeriksaan visual |
3.
Pembongkaran minor untuk perombakan ulang |
|||
KELAS II |
1. Menyediakan sarana aktif (peralatan lengkap) untuk mencegah penyebaran
debu ke udara. 2. Memberikan kabut air pada permukaan kerja untuk mengendalikan debu
saat proses pemotongan. 3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban. 4. Menutup ventilasi udara. 5. Bersihkan permukaan kerja dengan pembersih/disinfektan. |
6. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dibuang. 7. Lakukan pengepelan basah dan/atau vakum dengan HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja. 8. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan keluar area kerja. 9. Isolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan sedang dilakukan,
rapikan kembali setelah pekerjaan selesai. |
|||
KELAS III |
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan konstruksi dimulai 2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi pada
sistem saluran. 3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode kontrol kubus
(menutup area kerja dengan plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 4. Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja dengan menggunakan unit
penyaringan udara HEPA. 5. Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai proyek selesai
diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas
kebersihan. |
6. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA. 7. Lakukan pengepelan basah dengan pembersih/disinfektan 8. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas area kerja dengan hati-hati
untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi. 9. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dibuang. 10. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah. 11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem HVAC. |
|||
KELAS IV |
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan konstruksi dimulai 2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi
sistem saluran. 3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode kontrol kubus
(menutup area kerja dengan plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 4. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja dengan menggunakan
unit penyaringan udara HEPA. 5. Menyegel lubang, pipa, dan saluran. 6. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali mereka meninggalkan tempat kerja. |
7. Semua personil yang memasuki area kerja diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu harus diganti setiap kali keluar dari area kerja.Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas kebersihan. 8. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA. 9. Lakukan pengepelan basah dengan pembersih/disinfektan. 10. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas area kerja dengan hati-hati
untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi. 11. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dibuang. 12. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah. 13. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem HVAC. |