Adapun menyambung baja itu dilakukan dengan 3
macam cara, yaitu:
a.
Sambungan
las tempa.
Maksud dari sambungan las tempa ini
adalah memanaskan kedua ujung pertemuan batang baja itu sampai panas putih
pijar, kemudian didimpitkan dan ditempa dengan keras hingga bersatu. Umumnya
besi atau baja jika dibakar dengan suhu 13000C ia akan lunak dan
cair. Dalam keadaan seperti inilah besi atau baja dapat ditempa.
Sambungan las tempa dapat dibedakan
atas 3 macam cara, yaitu:
a. Sambungan las tempa yang ujungnya
dilantak.
Gambar 7 memperlihatkan kemungkinan cara menyambung batang baja bulat
yang kedua ujung persambungan itu mulanya dipanaskan dan dilantak, kemudian
dipanaskan lagi lalu ditempa keras. Ini dapat terjadi jika yang akan disambung
itu ujung batang yang panjang dengan batang yang pendek, misalnya ujung uliran
dengan mur.
b. Sambungan las tempa yang ujungnya
dipancung.
Gambar 8 dan 9 memperlihatkan kemungkinan sambungan las tempa yang kedua
ujungnya terlebih dahulu dipanaskan dan dipancung serong seperti sendok,
kemudian dipanaskan lagi dan ditempa keras hingga bersatu.
c. Sambungan las tempa yang ujungnya
dibuat seperti mulut ikan
Gambar 10 dan 11 memperlihatkan kemungkinan sambungan las yang kedua
ujung persambungannya dibuat terlebih dahulu berpasangan seperti mulut ikan.
Kemudian pasangan itu dipanaskan sampai mulai lumer dan keduanya ditempa keras
hingga bersatu.
Dalam hal mengelas ini harus diingat bahwa sedikit saja terdapat kotoran
yang melekat pada bidang singgung ketika mengelas, maka la situ tidak dapat
dipercayai kekuatannya.
Selain dari pada menyambung ujung dua batang baja secara las tempa,
dapat pula dilakukan pembentukan atau pembengkokan suatu batang baja menjadi
kegunaan tertentu. Misalnya seperti gambar 12, sebatang baja yang ditebalkan
dahulu sisi sebelah luarnya sebelum dibengkokkan siku. Kemudian dipanaskan
sampai putih pijar dan ditempa atau dibengkokkan hingga terjadilah baja siku
yang sisi dalamnya bundar dan sisi luarnya cukup tebal, tidak menipis.
Adakalanya sebatang baja siku seperti gambar 13, dibengkokkan siku lagi dengan
jalan memanaskan. Sisi luar siku2nya akan membulat dan menipis sedangkan sisi
dalam sikunya akan bergombak kesamping atas dan bawah. Hal ini jika tiada
merusak atau mengganggu kepada kekuatan konstruksi, biasanya dibiarkan saja, karena
menimbulkan suatu pemandangan atau hiasan yang logis.
b.
Sambungan
paku keling.
Selain dari pada sambungan las
tempa, ada lagi macam sambungan baja lainnya, yaitu sambungan paku keling. Baik
sambungan las tempa maupun sambungan paku keeling, keduanya adalah pekerjaan
tetap, artinya sambungan yang tidak akan dibongkar – pasang. Sambungan paku
keling ini baik sekali dipakai pada pekerjaan pelat yang besar – besar,
misalnya untuk dinding – dinding ketel uap, dinding2 kapal, dsbnya.
Pembuatan paku keeling, dipress dari
baja lumer. Bentuknya dibuat berbeda-beda yaitu berkepala bulat (gambar 14),
berkepala setengah persing (gbr. 15), berkepala persing seluruhnya (gbr. 16),
berkepala kerucut terpotong (gbr. 17) dan berkepala kerucut (gbr. 18).
Adapun kegunaan paku keling ini ada
2 macam, yaitu untuk menjepit pelat sambungan dan untuk penahan gaya yang
terdapat antara kedua pelat. Pelat yang akan disambung dengan pekerjaan
kelingan itu dapat dilakukan atas 2 macam cara, yaitu sambungan pelat berbidang
geser satu (gbr.19) dan sambungan pelat berbidang geser dua (gbr. 20)
Yang dimaksud dengan sambungan pelat
berbidang geser satu ialah kalau pergeseran pelat terjadi atas satu penampang
tangkai paku.
Dan yang dimaksud dengan sambungan
pelat berbidang geser 2 ialah kalau pergeseran pelat terjadi atas dua penampang
tangkai paku.
Jarak antara tengah2 paku yang
berdekatan menurut arah gaya, hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga pelat2
sambungan tidak banyak berlobang yang mengakibatkan pelat jadi lemah. Untuk itu
diambil paling kecil 3 d dan paling besar 8 d, yang mana d adalah diameter
paku. Lihat gambar 21.
Begitupun jarak tengah2 paku dengan
tepi pelat menurut arah gaya, ditetapkan pula 1 – 3 d, sedang jarak tengah –
tengah paku ke pinggir pelat sekurangnya 1,5 d (lihat gbr. 22). Cara
menempatkan paku pada sambungan dapat pula diatur menurut 2 sistem, yaitu
sistem umpang satu (gbr 21 dan 22).
Hendaklah dijaga supaya kedalam
sambungan jangan sampai air meresap, karena ini dapat menyebabkan karat pada
paku dan lama kelamaan paku bisa putus. Disamping itu pelat tambahan pada
sambungan jangan pula mempunyai kantong air, yaitu rongga2 yang dapat dimasuki
air. Kalau dihendaki sambungan itu tidak dapat dilalui uap dan gas. Dapat
kiranya jarak paku diperkecil, asal kekuatan pelat cukup mengizinkan. Sebuah
paku keeling dibedakan atas: kepala, tamgkai, dan kepala penutup. (lihat gbr.
23). Kepala penutup ini terjadi setelah paku itu dikelingkan kepelat sambungan.
Mengeling itu dapat dilakukan dengan tangan dan dapat pula dengan mesin (palu
pistol). Panjang tangkai paku untuk pekerjaan tangan diambil 4 kali diameter
paku, sedang panjang tangkai paku untuk pekerjaan mesin diambil 4,5 atau 5 kali
diameternya.
Mengenai besar diameter paku keling
umumnya diambil 1,5 – 2 kali tebal pelat yang paling tipis atau dengan rumus d=
1,5 – 2 D, yang mana d ialah diameter paku dan D ialah tebal pelat sambungan
yang paling tipis.
MENGELING
Mengeling itu ialah pekerjaan
membuat kepala tutup dari ujung tangkai paku keling. Pekerjaan itu dapat dilakukan
dengan tangan ataupun dengan mesin. Mengeling dengan mesin dilakukan dengan
palu pistol yang digerakkan oleh udara tekanan hidrolis. Cara ini baik sekali
karena tekanan kepada masing-masing tangkai paku dapat diatur sama dan hasilnya
pun akan sama baik pula. Masing-masing lobang paku pada pelat sambungan digurdi
½ mm atau 1 mm lebih besar dari ukuran tangkai paku. Ini perlu sekali mengingat
pemuaian tangkai paku oleh panas. Lobang2 paku itu dipersing sedikit (gbr.24)
karena batas antara kepala dengan tangkai paku keling itu agak sedikit bundar.
Lobang yang akan dikeling itu
terlebih dahulu dicocokkan dengan tangkai pakunya. Kemudian lobang pelat atas
bawah diperiksa apakah telah berimpit betul2. Jika tidak gunakanlah pelengkang
tirus atau dengan jalan memukulkan paku baja kedalamnya. Paku yang akan
dikeling itu hendaklah dipanaskan dulu didapur tempa atau lebih baik didapur
minyak dan dapur gas (gbr. 25). Setelah panas putih pijar, paku itu diambil
dengan alat penjepit dan kerak besinya dibuang. Secepat mungkin hendaklah paku
itu dimasukkan kedalam lubang plat yang akan dikeling. Kalau paku itu telah
agak dingin baru dikeling hasilnya tidak akan rapat seperti (gbr. 26).
Sewaktu mengeling, hendaklah kepala
penutup ditahan dibawah dengan dollic, yaitu alat penahan yang berlekuk, sesuai
dengan bentuk kepala paku. Setelah itu paku ditekan kuat kebawah dan sekeliling
lobang plat dipukul agar bidang singgung paku dengan lobangnya segera merapat.
Tangkai paku yang panjang muncul keatas, ditekan dengan pembentuk kemudian
dipukul keras (gbr. 27).
Kalau terlampau kuat memukul kepala
penutup atau pembentuk mungkin plat akan tersayat seperti gambar. 28.
Pegangan tangan diwaktu membentuk
kepala penutup hendaklah demikian rupa tepatnya. Sebab kalau meleset letak kepala
penutup nantinya akan tempang (gbr.29). Hal ini selalu menghendaki kebiasaan.
Supaya sambungan keling itu rapat
betul, tak dapat dilalui oleh air atau gas, maka pinggir sambungan dilas atau
dipakal. Maksud dari pemakalan ini ialah memahat bidang sisi miring sambungan
dengan pahat pakal, agar bidang itu tertutup mati. Pemakalan hendaklah
dilakukan agak keatas sedikit, supaya plat bawah tidak tergores. Paku keling
yang penampang (d)nya kecil dari 10 mm, dengan mudah dapat dikeling dingin.
c.
Sambungan
baut mur.
Tidaklah semua sambungan baik
dikerjakan dengan sambungan las atau paku keling. Sewaktu – waktu kita akan
mempergunakan sambungan baut mur. Sambungan las atau paku keling hanya berlaku
untuk konstruksi yang tetap yang tidak akan dibongkar pasang. Sedang sambungan
baut mur berlaku untuk:
a.
Konstruksi
yang harus dapat dibongkar pasang.
b.
Pekerjaan
keling yang baik tak dapat dilakukan.
c.
Pekerjaan
baja tuang yang harus disambung.
Pekerjaan keling tak baik dilakukan
kalau tebal plat sambungan lebih dari 4 d. Kalau dilakukan juga, maka pada
waktu tangkai paku yang panjang tadi menjadi dingin, terjadilah tegangan kerut
yang berbahaya. Berkemungkinan sekali dalam hal ini kepala paku jadi putus.
Pada pekerjaaan semacam ini lebih baik dipakai baut mur. Sebuah baut mur
dibedakan atas kepala, tangkai, dan mur. Kepala dan murnya berbentuk segi 6
beraturan (lihat gbr. 31)
Kepala padat baut harus dilantak,
sehingga dia melekat dengan tangkai mur.
0 komentar:
Posting Komentar