BAB I
PENDAHULUAN
Pada
gedung yang sesungguhnya, berbagai elemen penahan gempa saling berhubungan
dalam arah horizontal oleh pelat lantai agar bekerja sebagai satu kesatuan
dalam menahan gempa bumi. Oleh karena itu,lantai memegang peranan penting dalam
penyaluran beban gempa horizontal.
Resiko
bagi sebuah konstruksi atau gedung tidak hanya dikarenakan karena gempa, tetapi
juga beban angin, beban sendiri, dan juga beban hidup.
Dalam perencanaan tahan gempa
konvensional, lantai beton bertulang dianggap kaku tidak berhingga (anggapan
lantai tegar/rigid). Namun pada struktur dengan dinding geser dimana jarak
antara dinding-dinding sangat jauh. Deformasi lantai tidak bisa diabaikan. Hal
ini dikarenakan deformasi pelat membuat distribusi beban gempa pada berbagai
elemen penahan gempa berbeda jauh dari kasus anggapan lantai tegar.
BAB II
PEMBAHASAN
Gedung tiga dimensi digunakan dalam sistem perhitungan beban
penuh dan memberikan efek pada tiga arah beban yang bekerja baik secara geser,
lokasi dan aksial. Beban yang bekerja
pada bangunan didasari oleh beban sendiri, beban mati, dan beban hidup.
Beban
tersebut diatas akan berpengaruh atau beresiko terhadap konstruksi atau gedung
tiga dimensi, dan akan dikhawatirkanlagi jika gedung tersebut bertingkat banyak.
2.1 Macam-macam Beban
Pembebanan yang dipakai dalam perencanaan struktur
gedung ini sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung
1983,antara lain sebagai berikut :
1. Beban
Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian pada suatu
gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan,
penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan
bagian yang terpisakan dari gedung itu. Termasuk beban mati disini adalah beban
akibat berat sendiri dari bahan-bahan bangunan gedung, sebagai contoh berat
sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :
-
Beton bertulang : 2400 kg/m3
-
Dinding pasangan bata merah ½ batu : 250 kg/m3
-
Penutup lantai dari ubin PC per centimeter tebal : 24 kg/m2
-
Langit-langit ( eternit ) : 11 kg/m2
-
Beban spesi dari semen per centimeter tebal : 21 kg/m2
-
Penutup atap genting dengan reng dan usuk per meter persegi : 50 kg/m2
2. Beban
Hidup
Beban hidup adalah semua beban akibat penghunian
atau penggunaan suatu gedung, dan didalamnya termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin – mesin serta
peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan
dapat di ganti selama masa hidup gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan
dalam pembebanan lantai dan atap gedung tersebut. Yang termasuk beban hidup
adalah :
-
Beban pada lantai : 250 kg/m2
-
Beban pada tangga dan bordes : 300 kg/m2
-
Beban pada lantai parkir : 800 kg/m2
-
beban akibat air hujan :(40-0.8α )
kg/m2
-
Beban atap yang dapat dibebani orang : 100 kg/m2
-
Beban terpusat pekerja dan peralatannya : 100 kg
3. Beban
Sendiri
Dalam beban/berat
sendiri dimaksudkan massa dari konstruksi yang bersangkutan.
4. Beban
Angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Beban angin ditunjukan dengan menganggap adanya tekanan positip dan tekanan
negatif (isapan), yang bekerja tegak
lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif
ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup yang
telah ditentukan dengan koefisienkoefisien angin yang telah ditentukan dalam
peraturan ini. Tekanan tiup di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai adalah
40 kg/m2, sedang untuk koefisien angin tergantung pada sudut kemiringan atap
dan dinding vertikalnya.
5. Beban
Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang
bekerja pada gedung atau bagian gedung yang meniru pengaruh gerakan tanah
akibat gempa itu. Dalam hal ini pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dalam gempa disini
adalah gaya-gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa itu. Pada saat terjadi gempa, suatu struktur akan mengalami
getaran gempa dari lapisan tanah dibawah dasar bangunannya secarah acak dalam
berbagai arah.
2.2 Resiko
Gedung Akibat Beban
Resiko
sebuah gedung terhadap beban terutama pada beban gempa akan mengalami gerakan
vertikal dan gerakan horizontal. Gaya inersia atau gaya gempa, baik dalam arah
vertikal maupun horizontal, akan menimbulkan di titik-titik pada massa
struktur. Dari kedua gaya ini, gaya dalam arah vertikal hanya sedikit mengubah
gaya gravitasi (gravity) yang bekerja pada struktur, sedangkan struktur
biasanya direncanakan terhadap gaya vertikal dengan faktor keamanan yang
memadai. Olah karena itu, struktur umumnya jarang sekali runtuh akibat gaya
gempa.
Sebaliknya, gaya gempa horinzontal
menyerang titik-titik lemah pada struktur kekuatannya tidak memadai dan akan
langsung menyebabkan keruntuhan/kegagalan (failure).
Selain itu juga, ada beberapa
kerusakan yang terjadi pada struktur yang diakibatkan oleh beban, material,
ataupun karena manusia ( human error ), antara lain adalah :
1.
Balok Beton Retak
Retak
struktur pada balok memiliki pola vertikal atau diagonal, selain itu terdapat
juga pola retak-retak rambut. Keretakan balok beton dapat dikategorikan
menjadi retak struktur yang terdiri dari retak lentur yang memiliki pola vertikal/tegak
biasanya disebabkan oleh beban yang melebihi kemampuan balok dan retak geser
yang memiliki pola diagonal/miring biasa terjadi setelah adanya retak lentur
yang memiliki pola vertikal. Retak geser juga dapat terjadi jika balok terkena
gaya gempa. Selain itu keretakan balok dapat disebabkan proses pengerjaan yang
kurang sempurna. Retak-retak kecil atau retak rambut, banyak disebabkan oleh
pengaruh lingkungan. Umumnya terjadi karena balok terpapar sinar matahari dan
hujan.
2.
Kolom Retak
Keretakan
pada kolom bisa dikategorikan menjadi tiga jenis, kerusakan yang sifatnya tidak
membahayakan, sedang dan membahayakan bila tidak segera ditangani.
-
Retak
geser adalah Retak dengan pola diagonal/miring pada kolom
biasanya disebut retak geser, yang disebakan oleh gaya pada arah
horisontal/datar. Retak geser seperti ini cukup membahayakan bila tidak segera
di tangani, karena bisa menyebakan kolom roboh dan tidak mampu menopang
bangunan.
-
Retak
lentur adalah Retak dengan pola horisontal/datar biasanya
disebut retak lentur, disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kolom.
Seperti halnya retak geser, retak lentur perlu ditangani dengan cermat.
-
Selimut
beton terkelupas adalah Selimut beton pada kolom terkelupas,
dapat disebakan oleh rendahnya kualitas/mutu beton yang digunakan, sehingga
kekuatan beton terhadap tekanan berkurang dan selimut beton mudah pecah.
Kontrol terhadap tahapan pembangunan sangat diperlukan untuk mencegah penurunan
kualitas beton.
-
Tulangan
bengkok adalah Kerusakan pada kolom dimana tulangan besi utama
terlihat bengkok. Secara kasat mata terlihat kolom sedikit bengkok. Hal ini
diakibatkan kurangnya jumlah dan atau kurangnya ukuran besi pengikat
(sengkang).
-
Retak
rambut dengan pola tidak beraturan saat usia bangunan masih
muda, retak-retak rambut sudah bisa dideteksi. Sekalipun retak rambut tidak
membahayakan, namun cukup mengganggu pemandangan. Retak-retak kecil ini banyak
disebabkan oleh pengaruh lingkungan, yaitu perubahan suhu panas dan dingin yang
drastis. Misalnya rumah dibangun pada musim panas, setelah selesai terpapar
hujan terus menerus.
3.
Dinding/Lantai Retak
Keretakan
pada dinding banyak disebabkan oleh kurangnya kualitas beton dinding basement.
Kualitas beton dinyatakan dengan satuan K (contoh : K-125, K-175, K-250 dst).
Untuk rumah-rumah yang dibangun secara massal kerusakan semacam ini banyak
ditemui. Keretakan pada lantai akibat gaya uplift yang melebihi kapasitas
lantai basement. Adanya pergerakan tanah di bawah lantai basement, sehingga
terjadi keretakan pada dinding dan lantai basement. Ini dapat juga
mengakibatkan sobeknya waterstop (karet penahan air tanah).
BAB III
KESIMPULAN
Gedung tiga dimensi
digunakan dalam sistem perhitungan beban penuh dan memberikan efek pada tiga
arah beban yang bekerja baik secara geser, lokasi dan aksial. Beban yang bekerja pada bangunan
didasari oleh beban sendiri, beban mati, dan beban hidup.
Pembebanan yang dipakai dalam perencanaan struktur
gedung ini sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung
1983,antara lain sebagai berikut :
1. Beban
mati
2. Beban
hidup
3. Beban
sendiri
4. Beban
gempa
5. Beban
angin
Beban tersebut diatas akan
berpengaruh atau beresiko terhadap konstruksi atau gedung tiga dimensi, dan
akan dikhawatirkanlagi jika gedung tersebut bertingkat banyak. Yang sangat
berpengaruh atau beresiko adalah beban gempa, karena beban yang diterima sebuah
konstruksi bisa seja dengan frekuensi beban yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Kwantes, J.
1983. Mekanika Bangunan. Jakarta: Erlangga
Muto, kiyoshi.
1993. Analisa Perancangan Gedung Tahan
Gempa. Jakarta: Erlangga
www.ilmusipil.com
0 komentar:
Posting Komentar